Friday, February 26, 2016

[Review] CINDERELLA TEETH “Belajar dari ketakutan”



Penulis : Sakaki Tsukasa
Penerjemah : Nurul Maulidia
Penerbit : Haru
Genre : Romance, Fiksi
Kategori : Young Adult, dentistry, J-Lit, Terjemahan, Jepang
Terbit : Oktober 2015
Tebal : 272 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 63 – 5
Harga : Rp. 59.000
Kano Sakiko – Saki, sangat benci dokter gigi. Namun, pada akhirnya Saki malah bekerja paruh waktu sebagai resepsionis di klinik gigi. Tentu saja ini bukan kemauan Saki sendiri, dia dijebak oleh ibunya.
“Dari kecil, aku paling benci dokter gigi. Bayangkan bau antiseptik dan dokter mencurigakan yang memakai masker! Dan lagi! Suara ngiiing! dari bor yang membuat telinga pekak! Sekarang pun kalau mendengar suara itu, aku merasa geraham kananku ngilu.” Saki hlm. 4

Suatu hari, setelah pulang dari bertemu dengan sahabatnya – Hiro, Saki ditawari pekerjaan paruh waktu yang gampang dengan gaji yang lumayan. Tentu saja Saki tergiur dan akhirnya sang ibu memberinya nama dan alamat tempat Saki bisa melamar pekerjaan.
Saki baru mengetahui bahwa dia dijebak saat membaca nama tempat tersebut, yang ternyata di memo dan kenyataan hampir mirip. Ibunya menulis “ Shinagawa Guchi”, ternyata yang dimaksud adalah “Shinagawa Dental Clinic”.
Di otak Saki, dia berencana untuk pergi diam-diam. Sayang sekali, ternyata tempat tersebut adalah klinik gigi tempat pamannya bekerja sebagai dokter gigi. Sialnya, sang paman tiba-tiba muncul, menyapanya, dan membawanya masuk tanpa memberi kesempatan Saki untuk mundur sedikitpun.
“Kalau bisa dilakukan hari ini, kenapa harus besok? Pokoknya, tidak akan ada yang dimulai jika tidak dicoba!” Saki hlm. 155

Saki sudah tidak bisa menolak. Hasilnya, dia menerima saja bekerja paruh waktu di tempat yang sangat ingin dia jauhi. Tidak apa-apa, di sana dia bisa mengenal para dokter gigi yang tak semenyeramkan bayangannya, dia juga bertemu tekniker gigi yang selalu memberinya teka-teki bahkan mengajaknya bersandiwara, juga mengetahui beberapa hal mengenai gigi.
Namun, apa semua itu membuat sembuh dari phobia dokter gigi? Dan mampukah dia melaksanakan tugasnya dengan baik?
“Tunggu, Saki. Kalau terus memikirkan sendiri, tidak akan bisa bergerak ke depan maupun ke belakang.” – Saki – hlm. 185

Cinderella Teeth, dalam bayanganku, aku akan bertemu cerita khas Cinderella. Tapi, ini tidak. Kita akan bertemu kisah-kisah inspiratif tentang kehidupan para pasien dan kehidupan orang-orang di Shinagawa Dental Clinic.
Ternyata, selain bermasalah dengan gigi, mereka juga membawa masalah lain ke klinik. Mulai dari seorang perempuan yang bermasalah dengan kerot, seorang pria ramah yang menjadi tampak menyeramkan karena bau mulut, hingga kisah cucu Dokter Kepala.
Menurutku, karakter Saki ini tipe cewek yang menerima apa adanya keadaan dia. Jadi, meskipun dia tidak menyukai sebuah keputusan, tapi dia akan berusaha sebisa mungkin untuk melaksanakan dengan baik keputusan tersebut. Saki juga orang yang ramah dan selalu bekerja dengan hatinya.
Satu lagi karakter yang unik di novel ini, Yotsuya Kengo si tekniker gigi yang terampil dan cekatan. Aku baru tahu ada pekerjaan tekniker gigi. Di Indonesia sudah ada belum, ya?
Menurutku, cowok ini terkesan sangat misterius di awalnya. Perlahan, aku mulai tahu kalau Yotsuya ini orangnya perhatian meskipun dia kurang bisa berinteraksi dengan orang lain. Teka-teki yang sering dia lontarkan pada Saki membuat aku ikut berpikir. Lalu, ada satu kejadian, sebuah drama yang diperankan Saki dan Yotsuya demi seorang pria yang menganggap dirinya bau mulut. Drama kecil itu akhirnya mendekatkan Saki dan Yotsuya.
Aku suka interaksi antara Saki dan Yotsuya. Mereka memang bukan pasangan yang romantis, tapi menurutku mereka manis. Hubungan kekasih yang terlalu romantis malah terasa tidak fleksibel. Sepertinya, punya hubungan seperti Saki dan Yotsuya ini yang asyik.
Novel ini membuat aku mengingat kejadian-kejadian yang pernah aku alami dengan dokter gigi. Aku ini termasuk cukup akrab dengan dokter gigi karena aku pemakai behel, lalu gigiku ada yang patah jadi pernah harus pasang crown, membersihkan karang gigi, sampai menambal gigi berlubang.
Menurutku, kedokteran gigi Jepang sudah sangat maju. Menambal gigi berlubang sudah nggak perlu dibor dulu. Dari pengalaman aku, di Indonesia gigi harus dibor dulu baru bisa ditambal. Menambal giginya pun tidak asal, tapi menggunakan jasa tekniker gigi untuk membuat tambalan yang sesuai dengan gigi pasien. Rasanya, senang sekali kalau ada klinik gigi yang pelayanannya sebagus Shinagawa Dental Clinic di dekat tempatku tinggal. Soalnya, gigi, kan, minimal enam bulan sekali harus di cek. Apalagi untuk pemakai behel, malah harus rutin.
Membaca novel ini membuat aku mengetahui banyak hal seputar gigi. Selain itu, aku juga belajar tentang pentingnya rasa empati dan simpati dalam berinteraksi dengan sekitar. Novel ini juga menunjukkan pada kita, bahwa apapun pekerjaan yang kita jalani harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Novel ini mempunyai banyak sekali tokoh, dengan nama-nama yang sulit aku bedakan ini cewek atau cowok. Jadi, kadang bingung sendiri membayangkannya.
Rating untuk novel ini 2,6 dari 5 bintang.

1 comment:

  1. belajar dari ketakutan karena pada dasarnya ketakutan kita adaLah sebuah ekspektasi yang terLaLu berLebihan dariapa yang kita pkirkan, jika kita berani menghadapi semuanya tidak akan semenakutkan yang pernah kita pikirkan.

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos