Tuesday, October 14, 2014

Resensi - MOON IN THE SPRING

Penulis : Hyun Go Wun
Penerjemah : Sitta Hapsari
Penerbit : Haru
Genre : Adult, Romance, fairy tales
Terbit : September 2014
Tebal : 405 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 39 – 0
Harga : Rp. 67.000
Dal-Hee, dia merupakan kandidat dewi yang terkenal suka berbuat onar, keras kepala dan senang bertindak semaunya sendiri. Sebenarnya, Dal-Hee punya sifat baik–lugu dan jujur. Namun, sifat itu justru menimbulkan kesulitan untuk beberapa pihak. Membuat Dal-Hee tak bisa menjalankan dengan baik ujiannya untuk menjadi Dewi secara sah, yaitu melaksanakan tujuh reinkarnasi secara sempurna.
Kali ini Dal-Hee kembali berbuat onar. Yang ini lebih parah daripada tindakan-tindakan sebelumnya, membuat penghuni langit kalang kabut.
Dia turun ke bumi karena mendengar seorang wanita yang meminta pertolongan. Orang itu bernama Yoon Ji-Wan yang hidup kesepian dan menyedihkan, sampai-sampai dia memohon kepada Tuhan agar hidupnya diakhiri saja.
“Aku sudah sudah tidak punya alasan untuk hidup. Tidak ada satupun orang yang mencintaiku.” – Yoon Ji-Wan – hlm. 19

Saat itulah Dal-Hee bertemu tunangan Ji-Wan yang berhati dingin dan berjiwa gelap. Itulah sebabnya Dal-Hee mewujudkan keinginan Ji-Wan agar Dal-Hee bisa merubah Kang Min-Hyuk menjadi manusia.
“Melihat jiwa segelap itu, apa sungguh bisa disebut manusia? Entah berapa banyak upacara ritual ang harus dilakukan untuk membersihkan jiwa segelap itu. Apakah manusia tidak tahu bahwa keburukan bisa menggerogoti hidup mereka nanti?” – Dal-Hee – hlm. 20

Ji-Wan yang beberapa saat lalu sudah dinyatakan meninggal, tiba-tiba hidup lagi, membuat semua orang terkejut, termasuk Min-Hyuk. Dan mulai saat itulah semua orang harus menghadapi Yoon Ji-Wan yang baru, Ji-Wan yang sangat berbeda dengan Ji-Wan sebelum meninggal, karena Dal-Hee ‘lah yang saat ini menguasai tubuh itu.
Dal-Hee bertekat akan membalaskan dendam Ji-Wan. Dia akan mengungkap semua kejahatan Kang Min-Hyuk, termasuk motif pertunangan mereka. Itulah sebabnya, meskipun tubuhnya belum benar-benar sehat, Ji-Wan dengan semangat mempelajari dokumen kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Min-Hyuk.
Hasilnya, saat rapat merger kembali digelar, Ji-Wan berhasil mengalahkan Min-Hyuk. Tapi, kekalahan yang dialami Min-Hyuk tidak sekedar membuatnya kesal. Ada sesuatu yang memenuhi hatinya. Yoon Ji-Wan, tiba-tiba saja tunanganya itu bisa membuatnya merasa tertantang, dan membuatnya menemukan warna dalam hidupnya.
Manusia adalah makhluk paling mulia yang pernah diciptakan, jadi tidak mungkin Tuhan menciptakan siapapun dalam keadaan lemah.” – Lee I-Gu – hlm. 73

Tapi, jiwa Ji-Wan adalah Dal-Hee, seorang kandidat dewi yang harus kembali ke langit, kapan saja. Dia tidak boleh jatuh cinta pada manusia.  Dia harus menjalankan takdirnya sendiri, dan melepaskan takdirnya sebagai Yoon Ji-Wan.
“…setelah melalui sebuah cerita cinta pertama yang indah dan juga penuh kepedihan. Kenapa cinta harus sesakit ini? Kenapa cinta tidak bisa menjadi cinta yang abadi? – hlm. 334

Lalu bagaimana dengan Kang Min-Hyuk? Apakah dia akan kembali kehilangan hati manusianya saat Ji-Wan pergi? Dan, sebenarnya apa yang membuat seorang Kang Min-Hyuk hidup tak manusiawi begitu?
“Nasib seseorang bisa berubah ketika ia mau bertarung dengan dirinya sendiri. Namun, semua akan berbeda ketika manusia itu sendiri yang ingin menyerah menjalani hidupnya.” – hlm. 21
 
Moon in The Spring, novel Korea romance yang dibumbui dongeng. Temanya cukup menarik, seorang calon dewi yang mempunyai misi “memanusiakan manusia yang hidup tidak manusiawi”.
Novel ini diceritakan dari POV orang ketiga, dan di awali dengan prolog sebuah dongeng tentang dua kakak beradik–Dal-Hee dan Hae-Song, kakak Dal-Hee–yang dikejar harimau dan akhirnya langit menolong mereka dengan menurunkan tali besar agar mereka bisa naik ke langit, kemudian mereka menjelma menjadi matahari dan bulan.
Dal-Hee digambarkan sebagai calon dewi yang suka berbuat onar. Dia sering sekali bertindak tanpa pikir panjang. Namun, saat menjadi Ji-Wan, dia cukup tenang dan tak banyak bertingkah ceroboh. Malah, dia terkesan sangat pandai dan licik dalam menghadapi musuh-musuhnya, termasuk menghadapi Kang Min-Hyuk.
“Aku tidak bisa berurusan dengan orang yang berpura-pura baik di depanku, tetapi ternyata dibalik kebaikannya dia hanya ingin ikut campur atau ada motif lain. Manusia-manusia seperti itu menyebalkan sekali.” – Dal-Hee – Hlm. 228

Sedangkan Min-Hyuk, aku tidak berhasil menemukan dia yang jahat dan tak berperasaan. Sikapnya di dunia bisnis yang seperti itu menurutku normal-normal saja. Malah, saat mengetahui masa lalunya, aku jadi bersimpati padanya.
“Manusia sering melupakan kalau di atas tanah tempat mereka berpijak masih ada langit. Begitu juga di bawah kaki mereka. Dan Min-Hyuk termasuk dalam golongan manusia yang melupakan hal-hal itu.” – hlm. 121

Sebenarnya, karakter malaikat kematian nomor 2999 yang bernama Lee I-Gu cukup menarik. Dia yang sepertinya lebih berpengalaman dari pada Dal-Hee harusnya bisa berperan lebih banyak di novel ini. Sayang, dia tak tampak banyak diikutkan dalam kisahnya. Kisah Lee I-Gu dan Mi-ra juga cukup menarik, sayangnya tidak dieksplor lebih.
Selain konflik Ji-Wan dan Min-Hyuk, muncul konflik-konflik sekunder dari munculnya Lee Seok-Wan, si artis yang ternyata pernah menjadi teman baik Min-Hyuk, dan Kim Seo-Yeon yang merupakan mantan kekasih Min-Hyun. Juga konflik pendek tentang perusahaan Min-Hyuk yang dijebak oleh salah satu petinggi perusahaannya sendiri, sekaligus ada campur tangan wanita yang sangat terobsesi untuk memiliki Min-Hyuk, Ma Yeon-Ha.
“Bagaimanapun juga, orang jahat akan selalu mencurigai semua orang yang ada di sekitarnya. Dan tentu sajasebaai akibatnya masalah tidak akan berhenti mengikuti mereka.” – Lee I-Gu – hlm. 132

Pada dasarnya, aku cukup menikmati novel ini. Cara bercerita penulisnya cukup renyah. Dan lagi-lagi aku puas dengan hasil terjemahan Penerbit Haru, selalu mendekati perfect.
Untuk ending-nya, meskipun mudah ditebak, namun penyelesaian konfliknyalah yang paling penting dan menurutku juga cukup bisa dinikmati.
Untuk cover-nya, meskipun mirip dengan novel Always With Me–yang ditulis Hyun Go Wun juga–cukup menarik dan enak dilihat. Meskipun, aku tetap menyarankan membuat desain yang jauh berbeda.
Untuk ratingnya, 3,6 dari 5 bintang karena selain cara berceritanya yang asyik, banyak quote manis yang disampaikan dengan halus. Ini point plus-nya.
“Mengingat kembali berbagai kenangan bisa membuat hati kita bergetar, tetapi dengan adanya pertemuan baru, akan ada kenangan-kenangan baru yang tercipta. Seperti itulah sebuah kenangan.” – hlm. 371

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos