Penulis : Orizuka
Penerbit : Haru
Terbit : Juli 2014
Tebal : 308 hlm
Genre : Young Adult
ISBN
: 602-774-237-2
Harga
: Rp. 57.000
“Setelah Audy pergi, kami langsung
sadar kalau kehadiran Audy sangat penting bagi kami. Bukan sebagai pembantu
ataupun babysitter, tapi sebagai …bagian dari keluarga.” –
Regan – Hlm. 9
“Bagian dari Keluarga,”
kalimat itu begitu berarti untuk seorang Audy Nagisa. Meskipun, sampai saat ini
dia masih saja merasa diperlakukan seperti babysitter
sekaligus pembantu di rumah 4R.
Ah, masih ingat siapa
saja 4R? 4R adalah nama 4 cowok bersaudara yang tinggal dalam satu rumah.
Kakak pertama bernama
Regan atau R1, Pengacara ganteng yang membuat Audy terpesona dan mengangguk
saja waktu diminta tanda tangan perjanjian saat melamar pekerjaan di rumah ini.
Regan adalah tulang punggung sekaligus kepala rumah tangga karena kedua orang
tuanya kecelakaan dan meninggal.
Kakak kedua bernama Romeo
atau R2, seorang gamer sekaligus hacker dan cowok paling jorok di rumah
ini. Bagi Audy, Romeo cocok sebagai idola kalangan tunawisma karena
keadaannya yang kumal seperti gembel. Padahal, jika dia mau mandi dia pasti tak
kalah mempesona dari Regan
Kakak ketiga bernama Rex
atau R3, cowok SMA yang selalu memakai masker sekali pakai dan selalu menatap
datar dari balik poni ikalnya. Dia ini menyidap asma akut, namun punya otak
jenius. Mungkin, karena terlalu jenius itu akhirnya dia kayak orang anti
sosial.
Yang terakhir, Rafael,
anak umur lima tahun yang otaknya jauh dari anak umur lima tahun. Rafael punya
pemikiran seperti orang dewasa. Rafael tumbuh bersama kakak-kakak cowok yang
tak bisa menciptakan dunia anak seperti seharusnya untuk dia, ini yang membuat
Rafael tumbuh lebih cepat. Rafael juga tak kalah jenius dari Rex. Dan Audy mencoba
untuk membentuk kembali jiwa Rafael menjadi jiwa anak-anak seperti seharusnya.
Meskipun Audy masih
melakukan hal-hal seperti dulu, menyapu, memasak, mencuci, tapi Audy mulai
merasakan kalau dia memang dianggap sebagai keluarga di rumah ini. Contohnya,
saat hujan Rafael tampak sedikit kaget, lalu cemas.
Perlahan, Audy sadar,
Rafael mencemaskan tulisan 1A yang ditulis di kotak surat saat Audy kembali ke
rumah ini sebagai bukti kalau Audy diterima menjadi bagian dari keluarga.
Tulisan itu ditulis dengan kapur, dan kalau kena hujan pasti bakalan terhapus.
“Berharap bikin kita lebih
bersemangat hidup, kan? Tentunya, sambil disertai usaha yang konkret.”
- Rex – hlm. 144
Namun, hidup Audy yang
mulai menemukan titik kenyamanan mulai terusik karena Rex yang mengakui
perasaannya. Dia menyukai Audy. Lucunya, Rex tampak tak seperti benar-benar
jatuh cinta. Yang berubah hanya senyumnya, ada rasa hangat di bibir itu.
Lainnya, dia tetap saja Rex, datar tanpa ekspresi. Audy merasa terbebani karena
perasan itu. Dia menjadi canggung dan tak nyaman di dekat Rex.
“Kalau kamu nggak suka aku, nggak apa-apa.
Nggak usah merasa nggak enak atau bertanggung jawab dengan bantuin skripsiku.
Bahkan kalau kamu mau, kita bisa anggap hari ini nggak pernah ada. Tapi kalau
kamu masih… itu jadi beban untukku.” – Audy – hlm. 228
Masalah dengan Rex belum
usai, kabar baru muncul. Maura tunangan Regan yang koma selama dua tahun
akhirnya sadar. Kabar ini tampak menggembirakan awalnya, namun perlahan hal ini
malah menambah masalah. Ada sesuatu yang tak sengaja Audy tahu tentang Rex,
tentang dia dan tunangan kakaknya itu. Dan, kesembuhan Maura juga berpengaruh
pada kelangsungan hidup Audy di rumah ini.
Lalu, bagaimana ini?
Apakah Audy bisa mengatasi situasi antara dia dan Rex? Sebenarnya ada hubungan
apa antara Rex dan Maura? Lalu, Romeo, apakah dia juga menyukai Audy? Dan
berhasilkan Audy membentuk jiwa Rafael seperti seharusnya seorang anak umur
lima tahun?
“Aku yang berterima kasih. Aku senang kamu
sudah main di sinetron ini, walaupun endingnya nggak sesuai harapan.” – Romeo – hlm. 247
The Chronicles of Audy : 21 adalah lanjutan dari The Chronicles of Audy : 4R [Baca resensi Seri Pertama disini] yang
diterbitkan Penerbit Haru tahun 2013. Sepertinya, banyak sekali fans Orizuka maupun
booklovers yang menantikan seri ini. Aku juga, sih.
Kalau ditanya mana yang
lebih seru, seri pertama atau kedua, aku nggak bisa jawab. Karena aku sudah
lupa euphoria setelah membaca seri
pertamanya. Tapi, ada beberapa bagian yang lebih aku suka di seri yang ini.
Seperti karakter Rafael yang tampak lebih mengena.
Aku sangat suka Rafael,
dengan ketidaksopanannya, dengan keterusterangannya, dengan keluguannya, semuanya.
Rafael membuatku pengin punya anak seperti dia. Bukan lagi pengin adik seperti
dia, tapi anak… hehehehe…ketahuan deh udah cocok punya anak meskipun belum ada
yang ngajakin nikah. Eh, malah OOT.
Setiap tokoh di novel ini
semakin menunjukkan karakter khasnya, sekaligus memperlihatkan rahasia-rahasia
yang membuat tersenyum, tapi entah kenapa aku malah merasa tersentuh. Sayangnya,
karakter Regan kurang tereskpos deh. Dia jarang keluar di seri ini.
Chemistry antara Audy dan 3R – minus Regan – terbentuk alamiah dan membuat cerita
mengalir ringan, juga memikat. Jadi nggak membosankan.
Yang paling aku suka
hubungan Audy dengan Rafael. Suka sekali disaat adegan awal-awal novel ini,
saat Rafael mempersiapkan pertunjukan untuk ulang tahun sekolahnya.
Waktu disuruh menyanyi di
depan kelas, si Rafael malah menyanyi lagu Call Me Maybe-nya Carly Rae Jepsen.
Semua orang yang menonton mengong. Ibu-ibu dan anak seumuran Rafael mana ada
yang ngerti lagu itu. Ini gara-gara Romeo. Tapi, karena itulah akhirnya Rafael
mau belajar lagu anak-anak seperti Bintang Kecil, Pemandangan, Naik delman, dan
banyak sekali lagu anak yang dia pelajari dari YouTube.
Trus Romeo, dia akhirnya
mengatakan apa phobia yang dia
derita. Serius, phobianya emang nggak
keren. Tapi, saat tahu apa yang menyebabkan phobianya,
aku bisa mengerti kok. Trus kebiasaan Romeo pakai kaos kaki setiap hari, itu
juga bikin trenyuh.
Dalam The Chronicles of
Audy : 21, Audy digambarkan semakin terlihat konyol. Contohnya saat adegan di
sekolah Rex. Bisa-bisanya dia minta Rex untuk… ah, sudahlah!
Namun, inilah
kelebihannya, Penulis menciptakan tokoh utama yang manusiawi. Dia tidak membuat
Audy terlihat mulia, tapi dia memperlihatkan sisi antagonisnya juga.
“Peran antagonis nggak selalu jelek kok, Au.”
– Romeo – hlm. 225
Sebenarnya, sadar atau
tidak, setiap manusia punya sisi antagonis, lho. Cara pandang kita juga mempengaruhi
apakah yang dilakukan itu termasuk jahat atau baik. Dan, penulis berhasil
menciptakan tokoh utama yang sesuai dunia nyata.
Novel ini benar-benar
menghibur sekali. Dan seperti di seri pertamanya, aku nggak butuh banyak waktu
untuk menyelesaikannya. Ingatkan, sekarang ini aku paling lelet kalau disuruh
baca. Karena tahu sendiri, 24 jam buat aku kurang banyak. Yah, dunia kerja
membuat semua tampak singkat, termasuk waktu.
“Setelah sekian lama bertanya-tanya,
akhirnya aku tahu arti “bagian dari keluarga”. Dia adalah ilusi, tempat kapal
4R1A mengambang.” – Audy
– hlm. 258
Endingnya, em…kayaknya
masih bakalan keluar saudaranya lagi, deh. Hem… berapa seri, sih rencananya
novel ini? Jangan banyak-banyak, ya? Aku sering geregetan kalau ketemu novel
seri yang nggak kelar-kelar.
Untuk ratingnya aku kasih
3,2 dari 5 bintang.
Saya setuju, untuk novel seri kedua ini memang menghibur, sangat pas untuk dibaca santai.
ReplyDeleteYang ingin download ebooknya. Silahkan kunjungi : http://www.indoebook99.xyz/2017/07/the-chronicles-of-audy-21.html