Monday, January 25, 2016

Review - SABTU BERSAMA BAPAK “Video Kenangan Bapak”

Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Fiksi, Roman
Kategori : Parenting, Drama Family
Terbit : 2014 (Cetakan Pertama)
Tebal : X + 278 hlm
ISBN : 979 – 780 – 721 – 5
Harga : Rp. 53.000

Sebuah keluarga akan sempurna jika ada ayah, ibu, dan anak. Namun, keluarga Garnida tetap lengkap meskipun sang ayah sudah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Gunawan Garnida sudah tahu bahwa dia tak akan punya waktu banyak untuk keluarganya. Dia yang tercipta sebagai pria perencana yang matang, menyiapkan puluhan video yang bisa ditonton anak-anaknya nanti, saat dia sudah meninggal.
“Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Tapi mimpi tanpa rencana dan action, hanya akan membuat anak istri kalian lapar.” – Pak Gunawan – hln. 151

Dari video-video itu, sang anak dan istrinya bisa mengenang, sekaligus mendapat petuah-petuah, juga cerita dari sang ayah. Harapan sang ayah, anak-anaknya tak akan kehilangan sosok ayah jika dia meninggal nanti.
Dalam perjalanan hidup Satya dan Cakra Garnida, video-video dari sang ayah sangat mempengaruhinya. Di saat Cakra yang tak juga menemukan belahan hatinya, dan saat dia berusaha mendapatkannya, petuah dari sang ayah begitu membantunya.
“Apa yang bikin jadi suami itu berat? – Ayu
“Ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, laki-laki itu meminta banyak dari perempuan. Saya pilih kamu. Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu. Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir dan batin. Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orang tuamu. Baktimu sekarang pada saya.” – Cakra – hlm. 220-221  

Untuk Satya yang dituntut untuk menjadi ayah dan suami yang baik, kata-kata ayahnya menyadarkan dan mengatarkan dia menuju sosok yang begitu dirindukan anak dan istrinya.
“Laki, atau perempuan yang baik itu, gak bikin pasangannya cemburu. Laki, atau perempuan yang baik itu… bikin orang lain cemburu sama pasangannya.” – Cakra – hlm. 227-228

Itje, sang ibu begitu berusaha survive karena kata-kata suaminya. Dia tetap bungkam dengan keadaannya juga mengingat suaminya. Bagi Ibu Itje, dia tak ingin menyusahkan anak-anaknya.
Video-video itu sangat berati. Mungkin, juga akan berarti bagi kita.
“Menjadi panutan bukan tugas anak sulung – kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orangtua – untuk semua anak.” – Pak Gunawan – hlm. 106
Akhirnya, aku menemukan sebuah novel yang cocok buat kado nikahan. Sabtu Bersama Bapak, novel edukatif yang bercerita tentang keluarga, dan perjuangan cinta.
Edukatif memang cocok disematkan di novel ini. Karena selain menghibur, Sabtu Bersama Bapak menyajikan banyak ilmu, dari parenting, tips mencari jodoh, sampai tips berumah tangga.
“Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat.” – Ibu Itje –
“Iya, sih. Tapi Mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya melarat. Mamah tahu itu. Bapak juga gitu, dulu.” – Cakra – hlm. 17

Banyak sekali ilmu yang aku petik dari novel ini. Bahkan, beberapa hal baru aku pahami saat membacanya. Aku belajar banyak bagaimana cara menjadi istri yang baik, juga menjadi ibu yang baik. Yang terpenting – karena aku sedang mencari suami – tips mencari suami yang dapat menjadi perhiasan dunia akhirat sangat pas sekali denganku. Terima kasih Adhitya Mulya, jenius…ih! Kok, bisa bikin novel kayak begini? Top…top…top!!!
Aku suka karakter Cakra, atau biasa dipanggil dengan nama kecilnya oleh beberapa orang, Saka. Dia tipe cowok yang siap lahir batin untuk menjadi seorang suami. Meskipun, dia ini fakir cinta. Nggak papa, deh. Pada akhirnya, dia mendapat hadiah dari kenelangsaannya.
Cakra ini bos yang baik, anak yang super duper baik pada orang tuanya, khususnya sang ibu. Sebenarnya, dia cukup humoris meskipun kadang garing. Bukan tipe cowok yang suka merayu, bukan pula tipe cowok yang suka ngelirik cewek cantik lewat. Cakra tahu betul bagaimana dia bersikap sebagai calon suami yang baik. Kisah dia mengejar Ayu meski tidak romantis manis, tapi begitu mengena di hati.
Satya, kakak Cakhra. Awalnya, dia muncul sebagai suami dan ayah yang menyebalkan. Namun perlahan, dia berubah. Satya menjadi sosok suami dan ayah yang menyenangkan. Para calon bapak dan calon suami harus baca bagaimana Satya memperlakukan anak dan istrinya.
Cara Satya dan Rissa – istri Satya – mendidik ketiga bocah laki-laki mereka sangat menginspirasi. Banyak ilmu parenting yang mereka ajarkan pada pembaca. Banyak hal yang tidak kita sadari, kita lakukan pada anak-anak kita, ternyata punya pengaruh besar pada pembentukan karakter mereka.
Ibu Itje, si mamah yang hebat. Dia berhasil jadi juragan warung makan yang penghasilan sebulannya mengalahkan si Bankir Cakra dan si tukang minyak yang harus rela kerja jauh dari keluarga karena harus berada di kilang minyak tengah pantai, Satya. Si mamah tak pernah mau merepotkan anak-anaknya. Dia mandiri, sampai-sampai saat sakitpun, dia menyembunyikannya dari anak-anaknya.
Dia juga istri yang baik. Meskipun hidup dengan suami yang sakit keras, dia tetap tabah dan sabar mendampingi suaminya. Love you, Ibu Itje.
Pak Gunawan Garnida, si bapak yang sangat tahu apa yang harus dia tinggalkan untuk anak-anaknya selain harta benda yang akan mencukupi hidup mereka. Dari video yang dia tinggalkan, aku belajar banyak tentang segala hal. Pak Gunawan ini tipe perencana yang begitu matang, tipe laki-laki yang dewasa dan tak pantang menyerah. Video Pak Gunawan sangat berhasil membentuk kedua anaknya menjadi orang-orang yang berhasil.
Tadi aku menulis, kalau novel ini cocok untuk kado nikahan. Kenapa? Ya dari semua yang aku ceritakan di atas, harusnya kita bisa merasakan seperti apa kisah keluarga Garnida, begitu menginspirasi.
Aku mau, teman yang aku kasih buku ini bisa memetik ilmu dari mereka semua. *Tapi, mau dikasih ke siapa? Yang mau nikah hobinya main game sama bikin corah*
Malah, rasanya aku ingin calon suamiku membaca novel ini. Meskipun dia tak bisa melaksanakan semua yang ada di sana, setidaknya dia tahu bagaimana cara menjadi suami yang baik. **Duh ngomongin calon suami, emang siapa? Yang nulis aja belum tahu! ABAIKAN!!!**
Endingnya, nyentuh banget. Kayak naik ke gunung, sampai puncak disodori pemandangan yang bikin puas lahir batin.
Rating 4,5 dari 5 bintang.


6 comments:

  1. Well..sebagai lelaki yang masih lajang, kayaknya nih novel cocok nih buat nambah pengetahuan, ya minimal bikin persiapan saat waktunya tiba nanti

    ReplyDelete
  2. wah novel yang sangat edukatif.. :D
    terima kasih untuk reviewnya, pas banget buat kado temen aku yang bentar lagi jadi ayah.
    tapi penasaran juga sama alurnya, disitu kaya banyak banget tokoh yang diceritain, konfliknya bakal kaya gimana ya?
    but, overall, nice review.. :D

    ReplyDelete
  3. semoga segera ketemu sama jodohmu ya, mbak....

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos