Friday, September 25, 2015

Resensi – TO ALL THE BOY’S I’VE LOVED BEFORE”



Karya : Jenny Han
Penerjemah : Airien Kusumawardani
Penerbit : Spring
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Terjemahan, Family Drama
Terbit : April 2015
Tebal : 380 hlm
ISBN : 978 – 602 – 71505 – 1 – 5
Harga : 64.000

Pernahkah kamu menulis surat berisikan perasaanmu pada seseorang?
Itulah yang selalu Lara Jean Song Covey lakukan di saat dia memutuskan untuk melepaskan perasaan cintanya untuk seseorang. Dia menuliskan semua yang ada di pikirannya, karena dia tahu, surat itu tak akan pernah sampai pada orang yang harusnya menerimanya. Dia memang memasukkan surat itu ke amplop, namun hanya untuk menyegelnya, lalu menyimpannya di dalam kotak topi milik ibunya.
“Aku bimbang. Mungkin lebih baik tidak membebani Margot dengan semua ini… Lagi pula, apa yang harus kukatakan? Bahwa aku menulis sejumlah surat cinta dan semuanya terkirim, termasuk surat yang kutulis untuk pacarmu?” – Lara Jean – hlm. 86

Sayang sekali, surat itu tiba-tiba saja sampai pada orang-orang yang harusnya menerimanya – pada cowok-cowok yang pernah Lara Jean suka. Termasuk pada Josh – kekasih kakaknya, Margot – juga pada Peter Kavinsky – kekasih Genevieve, cewek paling cantik dan populer di sekolahnya. Dan, ada tiga lagi surat lainnya. Untunglah, ada satu surat yang tidak terkirim. Setidaknya, dia selamat dari satu lubang.
“Kau harus santai, Lara Jean. Hidup tidak harus terlalu direncanakan. Jalani saja dan lihat apa yang terjadi.” – Peter Kavinsky – hlm. 131

Mengetahui Peter menerima suratnya saja membuat hidup Lara Jean mendung, apalagi saat Josh menerimanya. Ini tidak benar! Meskipun Josh dan Margot baru saja putus, Lara Jean yakin mereka akan kembali bersama dan surat itu tak seharusnya dibaca Josh. Dan satu lagi, sepertinya Lara Jean masih menyukainya.
Josh berusaha meminta penjelasan pada Lara Jean. Tapi, jelas saja Lara Jean mengatakan kalau surat itu sudah lama dia tulis dan dia sudah mempunyai seorang kekasih. Surat itu tak ada artinya lagi untuk Lara Jean.
Kekasih? Sejak kapan Lara Jean punya kekasih? Lara Jean berusaha berpikir cepat untuk menyebut sebuah nama agar kebohongannya mendekati sempurna. Peter Kavinsky yang kabarnya baru saja putus dari Genevieve – tiba-tiba muncul di depan Lara Jean dan Josh. Tanpa pikir panjang, Lara Jean langsung menghambur padanya, lalu menciumnya.
“…kurasa untuk masalah hati, kita tidak bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan bersikap.” – Lara Jean – hlm. 18

Buat Peter, perbuatan Lara Jean benar-benar lucu. Namun, saat Lara Jean menceritakan penyebab dia bisa menjadi cewek gila seperti itu – Peter berpikir, sepertinya menjadi kekasih Lara Jean adalah ide bagus. Dia ingin membuat mantan kekasihnya cemburu.
Dan, begitulah perjanjian itu dimulai, perjanjian antara Lara Jean dan Peter Kavinsky untuk menjadi sepasang kekasih bohongan.
“Ini akan membantumu juga, kau tahu? Dengan cowok bernama Josh itu. Bukankah kau khawatir kehilangan harga dirimu di depannya? Cara ini bisa menyelamatkanmu dari rasa malu yang lebih jauh lagi. Kenapa kau ingin bersamanya jika kau bisa bersamaku? Yah, pura-pura bersamaku. Tapi jangan macam-macam. Aku tidak mau kalau sampai kau jatuh cinta padaku.” – Peter Kavinsky – hlm. 121

To All the Boy’s I’ve Loved Before, novel tentang gadis lugu yang lebih senang memendam perasaannya, dari pada berlari dan menyatakannya. Lara Jean, dia bukannya tidak ingin dicintai, dan merasakan cinta. Tapi, itulah Lara Jean, dia bukan cewek dari benua barat pada umumnya. Darah Asia yang mengalir di nadinya – mungkin – yang membuat dia berbeda. Atau, memang itulah Lara Jean, bukan tipe cewek yang terlalu terbuka untuk cintanya. Padahal, dalam benaknya, dia selalu memimpikan kisah cinta yang manis – persis seperti di dalam novel, atau film romantis.
Aku merasa, karakter Lara Jean ini mirip denganku. Aku juga lebih senang memendam cinta dari pada menyatakannya. Dan aku juga mengharapkan kisah romantis dalam kehidupan cintaku – efek kebanyakan baca novel romance.
Lara Jean lebih memilih kakak dan adiknya daripada cowok yang dia sukai. Karena baginya, tempatnya ada di sana. Bisa dibilang, dia tak pernah percaya diri jika berkaitan dengan cinta. Begitu juga denganku.
Lara Jean sangat suka menilai seseorang, dan aku juga begitu. Komentar Peter untuk Lara Jean sepertinya cocok juga ditunjukkan untukku.
“Menurutku, pada dasarnya kau memang terlalu mudah menilai seseorang. Itu kekurangan yang harus kau perbaiki. Menurutku kau juga harus belajar untuk bersikap sedikit santai dan bersenang-senang.” – Peter Kavinsky – hlm. 157

Lara Jean takut menyetir, sebenarnya bukan takut, tapi tidak percaya diri. Lara Jean bisa menyetir, tapi karena lebih sering gugup, itu membuat dia jadi takut. Sedangkan aku, aku bisa menyetir – bukan mobil, tapi motor. Tapi, aku sering gugup saat diminta membonceng. Aku juga merasa takut untuk menyetir dalam jarak yang jauh, seperti keluar kota. Jadi, acara nyetir menyetir akan aku hindari jika ada orang yang bisa memboncengku. Ada kemiripan, kan?
Lara Jean bisa memasak, meskipun masakannya tetap kalah dari Margot. Aku juga bisa memasak, bisa dimakan tentunya. Tapi, masakanku bukan sesuatu yang bisa membuat seseorang mengatakan “ENAKNYA!”
Tentang surat. Kalau Lara Jean menuliskan surat untuk cowok-cowok yang dia sukai saat dia memutuskan untuk melepaskannya. Aku lebih suka menulis di buku catatan tentang segala hal yang aku ketahui tentang cowok itu. Tapi, itu dulu, saat aku masih terlalu naïf. Sekarang? Rasanya hal itu tampak kekanak-kanakan, atau jaman sekarang akan disebut ‘alay’.
Oke, cukup membandingkan aku dengan Lara Jean. Yang jelas, membaca novel ini membuat aku mengingat diriku dulu, dan beberapa diriku sekarang. Dan, kenapa review ini malah mirip pengakuanku tentang siapa diriku yang sebenarnya?
Novel ini punya pembuka yang sedikit membuat aku berpikir, ‘aduh… seru nggak ya novel ini?’ Namun, itu hanya di beberapa bab awal. Selanjutnya, aku sangat…sangat… sangat menikmati kisah Lara Jean. Mungkin, di bab awal cara berceritanya terlalu telling. Makanya, sedikit membosankan.
Saat cerita sudah sampai di mana Lara Jean mulai berbuat konyol karena tak ingin Josh mengetahui perasaannya, novel ini mulai menampakakan keseruannya. Dan, saat Peter sudah menjadi kekasih Lara Jean, grafik keseruannya semakin naik.
Peter Kavinsky memang tipe cowok yang gampang membuat cewek terpesona. Kalau tidak, mana mungkin Genevieve mau bersama Peter dan menjadi kekasihnya dalam waktu cukup lama. Meskipun Peter terkenal bukan cowok baik, tapi Peter termasuk setia. Dia sangat mencintai Genevieve sampai-sampai dia mau menjadi kekasih Lara Jean untuk membuat Gen cemburu.
Peter termasuk cowok penyuka anak kecil, karena Peter berhasil membuat Kitty – adik Lara Jean begitu menyukainya. Sebelumnya, Josh-lah cowok idola Kitty. Tapi, kehadiran Peter berhasil sedikit menggeser tempat Josh di hati Kitty. Ini jelas membuat Josh yang tidak suka pada Peter jadi makin tidak suka.
Interaksi dalam keluarga Lara Jean membuat aku iri. Meskipun ibu mereka yang berdarah Korea sudah meninggal, tapi mereka tetap menjadi keluarga yang bahagia. Margot-lah yang berperan sangat besar dalam keluarga ini. Bisa dibilang, Kitty mendapatkan sosok pengganti ibunya dalam diri Margot.
Margot begitu dewasa, dia hebat dalam segala hal, dan dia bisa memecahkan segala masalah. Tapi, aku merasa Margot dewasa sebelum waktunya. Dia terasa kaku, dan sangat senang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Bagiku, Margot itu kelabu hingga terlalu sulit untuk ditebak.
Interaksi antara Peter dan Lara Jean adalah bagian terpenting yang membuat novel ini seru. Mereka sering kali tampak saling menjatuhkan. Tapi, ada saatnya mereka tampak begitu sweet, seperti saat Peter mengirimkan pesan-pesan lewat kertas untuk Lara Jean. Lalu, saat Peter datang ke rumah Lara Jean dan membatu membuat Cupcake. Dan, masih banyak adegan-adegan yang bikin aku menghela napas saking irinya.
Cowok tipe Peter ini sepertinya jenis cowok yang asyik diajak berteman atau pacaran. Dia akan memberikan banyak sekali kejutan-kejutan dan hal-hal yang membuat hubungan tak membosankan. Meskipun, kita juga harus bersiap-siap saat dia berulah.
Novel ini menggunakan sudut pandang Lara Jean, sehingga pembaca bisa merasa dekat dengan tokoh utamanya, memahami perasaanya, dan bisa menilai seperti apa Lara Jean. Karakter Lara Jean adalah karakter cewek yang akan mudah membuat orang sayang padanya.
Cara berceritanya memang sedikit agak lambat, tapi aku memang suka novel ini dibuat dengan kecepatan seperti ini, karena aku tak ingin novel ini habis. Aku ingin terus menikmati chemistry Lara Jean dan Peter. Jadi, tak sabar bertemu sekuelnya – PS. I Still Love You.
Menurutku, pilihan Penerbit Spring untuk memakai desain cover sama seperti novel aslinya sangat…sangat…sangat tepat. Covernya benar-benar cantik, dan membuat orang pengin memasukkannya di dalam lemari buku untuk dikoleksi.
Ending-nya, meskipun novel ini masih ada lanjutannya, setidaknya aku masih bisa menarik kesimpulan di akhir cerita. Lega, sih, karena meskipun aku penasaran bagaimana kisah Peter dan Lara Jean. Setidaknya, aku tahu masih ada kelanjutan dari hubungan mereka. Mereka tidak benar-benar selesai. Tapi, aku belum tahu bagaimana Lara Jean akan menyelesikan konflik ini.
Rating 4,3 dari 5 bintang.
Info, nih. Buat yang pengin baca novel sekuel dari To All the Boy’s I’ve Loved Before, sebentar lagi Penerbit Spring akan menggelar Blog Tour untuk novel PS. I Still Love You. Tentu  saja ada Giveaway. Dan, aku terpilih menjadi salah satu HOST BLOG TOUR untuk novel ini.
Jadi, jangan sampai ketinggalan!

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos