Penulis : Karla M. Nashar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 254 hlm
Terbit : Juni 2008
ISBN : 978-979-22-3800-6
Harga : Rp. 40.000
Jika cinta harus di awali
dengan kebencian, maka jangan pernah membenci dengan seluruh hati yang akhirnya
akan membalas dengan 180 derajat rasa yang sangat berkebalikan.
Pengalaman itulah yang
aku kemas dan aku simpan saat bertemu dengan kisah Gadis Parasayu dan Troy
Mardian.
Kisah ini berawal dari
Gadis yang dipindah-tugaskan ke Jakarta di perusahaan Biocell Pharmacy
Indonesia (BPI) sebagai manajer humas Dhemoticy. Sebelum perpindahannya, dia
sudah tahu akan bertemu si selebriti yang menyandang gelar The Most Eligible
Bachelor in Indonesia–yang sebelum berinteraksi secara
langsung pun, Gadis sudah membenci keberadaan Troy.
Ternyata benar saja, saat
mereka bertemu pertama kali, pertengkaranlah yang menjadi salam perkenalan
mereka, membuat Troy dan Gadis langsung mencantumkan nama masing-masing di
daftar teratas musuh besar mereka.
Pertengkaran mereka
semakin sering tersulut, padahal mereka harusnya saling bekerja sama untuk
mengatasi sebuah masalah besar yang akan mencoret nama baik BPI. Meski mereka
bisa saling bekerja sama walaupun dengan terpaksa, masalah itu terselesaikan
dengan sangat baik.
Yap, akhirnya perayaan
ulang tahun ke-50 BPI pun dilaksanakan dengan meriah, padahal awalnya mereka
mengira acara besar tersebut akan bubar jalan. Semua itu berkat Dynamic Duo yang hebat, Troy dan Gadis.
Namun, siapa yang menyangka, ulang tahun ke-50 BPI lah yang membuat hidup
mereka seperti dijungkir balikkan karena kejadian yang diluar logika. Kejadian
akibat sebuah mantra dari seorang Gipsi Tua yang menjadi pengisi acara di ulang
tahun ke-50 BPI.
"HATE not! For tonight is the Magical Night of LOVE. Jangan
penuhi jiwa kalian dengan KEBENCIAN dan IRI, melainkan penuhi hanya dengan
CINTA dan KEBAIKAN. Karena jika kalian tetap membiarkan jiwa kalian merangkak
dalam kegelapan rasa benci itu, WASPADALAH!! Kekuatan Malam Ajaib ini akan
dilimpahkan pada kalian. Maka kalian
akan menemukan dua jiwa malang penuh permusuhan bertubrukan dalam CINTA." – Sang Gipsi Tua – Hlm. 159
Detik itu juga kebencian
berlalu, cinta memenuhi hati mereka. Tapi, kutukan itu hilang setelah beberapa
hari. Mereka tersadar saat mereka bangun pagi di ranjang yang sama dengan
keadaan yang sama, sama-sama tanpa sehelai benangpun, hanya selimut berwarna
putihlah satu-satunya penutup tubuh mereka.
Perlahan kelebatan demi
kelebatan semua yang terjadi dari pertunangan, pernikahan, bulan madu, semua
yang terjadi di luar nalar mereka mulai membuat Troy dan Gadis hampir gila.
Lalu, apakah mereka bisa menjalani hidup mereka sebagai suami istri meskipun
mereka saling membenci?
"Tapi bagaimana menjabarkan
semua keanehan ini dengan logika? Rasanya
tak mungkin. Pertunangan, pernikahan, dan bulan madu mereka, semua begitu
nyata, senyata perasaan benci dan cinta yang kini begitu kuat membalut hatinya.
Mungkinkah hati manusia bisa membenci dan mencintai seseorang pada saat
bersamaan?" –
Hlm. 169
Love, Hate &
Hocus-Pocus adalah Karya Karla M. Nashar pertama yang aku baca. Dan sialnya,
karena terlalu menikmati novel ini, aku sampai tak menghiraukan seluk belum
secara detail tentangnya. Hasilnya, saat mau mereviewnya aku kebingungan. Apa
sih yang jadi poin plus minus dari nya? Arg, apa perlu aku mengulangnya lagi?
Padahal sekitar dua tahun lalu novel ini sudah selesai aku baca, dan beberapa
hari ini aku hanya perlu me reread
saja.
Yang jelas novel ini
dibuka dengan kejadian konyol yang nggak masuk akal. Namun, kejadian itulah
yang membuat aku penasaran dan ingin menguak misterinya. Ini poin plus pertama.
Poin plus kedua, novel ini punya aroma yang memikat di detiap ceritanya,
membuat pembaca ingin terus dan terus membaca, kalau bisa langsung selesai
sehari saja.
Temanya memang cukup
umum, benci jadi cinta. Namun, aku cukup menyukai gaya bercerita Karla M.
Nashar yang menggebu-gebu, sedikit menguarkan rasa emosional sehingga novel
terasa jauh dari kata datar. Belum lagi konfliknya yang mengangkat sebuah
persoalan di perusahan besar bernama Biocell Pharmacy Indonesia (BPI).
Konflik yang dibangun
dari persoalan tersebut tak terasa tempelan, dia berperan besar dalam jalan
cerita dan juga berperan dalam memunculkan, bahkan memompa konflik utama antara
Troy dan Gadis menuju puncaknya. Jadi penasaran bagaimana riset penulis untuk
membangun konflik di dalam Perusahan farmasi seperti ini, karena memang
detailnya benar-benar terasa sangat nyata. Serius!
Untuk karakter dua
tokohnya, menurutku tak ada yang istimewa. Dua-duanya dibuat sangat menarik
dengan ciri khas yang satu sama lain saling bertolak belakang, kecuali kadar emosinya.
Namun, karena
kekonyolan-kekonyolan yang terjadi di antara merekalah yang menjadi bagian
paling menyenangkan. Apalagi setelah sihir Gipsi itu bekerja, kekonyolan
semakin merajalela, keseruan semakin menguatkanku untuk terus membacanya
Endingnya. Hem, cukup
mengejutkan. Sangat tidak terduga. Meski sejujurnya membuatku kecewa. Tapi,
saat aku tahu novel itu ada kelanjutannya, aku langsung berharap ada pencerahan
yang membuat lega. Dan iya, aku lega saat membaca novel keduanya.
Terakhir mau membahas covernya.
Aku lebih suka cover lamanya. Lagi-lagi karena masalah keterkaitan dengan
isinya.
Cover Baru |
Cover yang baru didominasi
warna putih, sanada dengan cover novel keduanya. Dengan gambar topi penyihir
yang menutup tubuh seseorang. Rasanya kurang misterius. Berbeda dengan cover
lamanya yang langsung menarik perhatianku.
Aku ini memang penyuka
hal-hal yang menyerempet tentang hocus-pocus.
Sampai-sampai aku mempelajari tarot dan permainan ramalan dengan kartu remi.
Aku juga sempat sedikit sensitif dengan dunia gaib. Untuk kartu tarot dan remi
memang hanya mainan, tapi untuk rasa sensitifku, kata orang itu berkah yang
akhirnya aku tolak. Makasih deh, nggak usah punya begituan nggak apa-apa.
Nah, itulah yang bikin
aku tertarik untuk membeli novel ini di tanggal 21 Maret 2011 di Gramedia
Madiun. Dan saat membacanya, aku tak pernah dikecewakannya. Makanya, saat buku
kedua muncul, aku langsung minta dibeliin meski aku terbaring di rumah sakit.
Saat pulang dari rumah
sakit, novel kedua dari novel inilah yang menjadi teman masa-masa
penyembuhanku.
Oke curhat colongan
selesai, sekarang mau ngasih bintang. Dulu, pertama kali baca novel ini aku
kasih bintang 3. Sekarang, aku berubah pikiran dan memberinya bintang 4 dari 5
bintang.
Ah, iya. Novel ini memang
menyerempet novel dewasa. Namun, kadar xxx nya nggak terlalu kental. Jadi, buat
usia 16-17 tahun masih oke ‘lah kalau mau baca. Masih masih aman kok. []
Tulisan ini diikutkan dalam Dinoy's Books Review 2014 Challenge dan Indonesian Romance Reading Challenge 2014
Dua kali mau beli ini tapi gak jadi hehehe jadi pengen beli lagi setelah baca review ini. Btw, follow back ya kak ^^ Thankies
ReplyDeleteHai Deta, oke. Folback, done! :D Langsung meluncur ke Blog kamu :)
ReplyDeleteApa ditoko buku Gramedia masih available??
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMasih kok di Gramedia. Tapi, yang cover baru. kalau pingin yang lama, mending cari online second saja. Harganya juga lebih murah :D
ReplyDelete