Saturday, January 25, 2014

Resensi - LOVE, HATE AND HOCUS-POCUS “Abagadabra…aku cinta padamu!”



Penulis : Karla M. Nashar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 254 hlm
Terbit : Juni 2008
ISBN : 978-979-22-3800-6
Harga : Rp. 40.000
Jika cinta harus di awali dengan kebencian, maka jangan pernah membenci dengan seluruh hati yang akhirnya akan membalas dengan 180 derajat rasa yang sangat berkebalikan.
Pengalaman itulah yang aku kemas dan aku simpan saat bertemu dengan kisah Gadis Parasayu dan Troy Mardian.
Kisah ini berawal dari Gadis yang dipindah-tugaskan ke Jakarta di perusahaan Biocell Pharmacy Indonesia (BPI) sebagai manajer humas Dhemoticy. Sebelum perpindahannya, dia sudah tahu akan bertemu si selebriti yang menyandang gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesiayang sebelum berinteraksi secara langsung pun, Gadis sudah membenci keberadaan Troy.
Ternyata benar saja, saat mereka bertemu pertama kali, pertengkaranlah yang menjadi salam perkenalan mereka, membuat Troy dan Gadis langsung mencantumkan nama masing-masing di daftar teratas musuh besar mereka.
Pertengkaran mereka semakin sering tersulut, padahal mereka harusnya saling bekerja sama untuk mengatasi sebuah masalah besar yang akan mencoret nama baik BPI. Meski mereka bisa saling bekerja sama walaupun dengan terpaksa, masalah itu terselesaikan dengan sangat baik.
Yap, akhirnya perayaan ulang tahun ke-50 BPI pun dilaksanakan dengan meriah, padahal awalnya mereka mengira acara besar tersebut akan bubar jalan. Semua itu berkat Dynamic Duo yang hebat, Troy dan Gadis. Namun, siapa yang menyangka, ulang tahun ke-50 BPI lah yang membuat hidup mereka seperti dijungkir balikkan karena kejadian yang diluar logika. Kejadian akibat sebuah mantra dari seorang Gipsi Tua yang menjadi pengisi acara di ulang tahun ke-50 BPI.
"HATE not! For tonight is the Magical Night of LOVE. Jangan penuhi jiwa kalian dengan KEBENCIAN dan IRI, melainkan penuhi hanya dengan CINTA dan KEBAIKAN. Karena jika kalian tetap membiarkan jiwa kalian merangkak dalam kegelapan rasa benci itu, WASPADALAH!! Kekuatan Malam Ajaib ini akan dilimpahkan pada kalian. Maka kalian akan menemukan dua jiwa malang penuh permusuhan bertubrukan dalam CINTA." – Sang Gipsi Tua – Hlm. 159

Detik itu juga kebencian berlalu, cinta memenuhi hati mereka. Tapi, kutukan itu hilang setelah beberapa hari. Mereka tersadar saat mereka bangun pagi di ranjang yang sama dengan keadaan yang sama, sama-sama tanpa sehelai benangpun, hanya selimut berwarna putihlah satu-satunya penutup tubuh mereka.
Perlahan kelebatan demi kelebatan semua yang terjadi dari pertunangan, pernikahan, bulan madu, semua yang terjadi di luar nalar mereka mulai membuat Troy dan Gadis hampir gila. Lalu, apakah mereka bisa menjalani hidup mereka sebagai suami istri meskipun mereka saling membenci?
"Tapi bagaimana menjabarkan semua keanehan ini dengan logika? Rasanya tak mungkin. Pertunangan, pernikahan, dan bulan madu mereka, semua begitu nyata, senyata perasaan benci dan cinta yang kini begitu kuat membalut hatinya. Mungkinkah hati manusia bisa membenci dan mencintai seseorang pada saat bersamaan?" – Hlm. 169

Love, Hate & Hocus-Pocus adalah Karya Karla M. Nashar pertama yang aku baca. Dan sialnya, karena terlalu menikmati novel ini, aku sampai tak menghiraukan seluk belum secara detail tentangnya. Hasilnya, saat mau mereviewnya aku kebingungan. Apa sih yang jadi poin plus minus dari nya? Arg, apa perlu aku mengulangnya lagi? Padahal sekitar dua tahun lalu novel ini sudah selesai aku baca, dan beberapa hari ini aku hanya perlu me reread saja.
Yang jelas novel ini dibuka dengan kejadian konyol yang nggak masuk akal. Namun, kejadian itulah yang membuat aku penasaran dan ingin menguak misterinya. Ini poin plus pertama. Poin plus kedua, novel ini punya aroma yang memikat di detiap ceritanya, membuat pembaca ingin terus dan terus membaca, kalau bisa langsung selesai sehari saja.
Temanya memang cukup umum, benci jadi cinta. Namun, aku cukup menyukai gaya bercerita Karla M. Nashar yang menggebu-gebu, sedikit menguarkan rasa emosional sehingga novel terasa jauh dari kata datar. Belum lagi konfliknya yang mengangkat sebuah persoalan di perusahan besar bernama Biocell Pharmacy Indonesia (BPI).
Konflik yang dibangun dari persoalan tersebut tak terasa tempelan, dia berperan besar dalam jalan cerita dan juga berperan dalam memunculkan, bahkan memompa konflik utama antara Troy dan Gadis menuju puncaknya. Jadi penasaran bagaimana riset penulis untuk membangun konflik di dalam Perusahan farmasi seperti ini, karena memang detailnya benar-benar terasa sangat nyata. Serius!
Untuk karakter dua tokohnya, menurutku tak ada yang istimewa. Dua-duanya dibuat sangat menarik dengan ciri khas yang satu sama lain saling bertolak belakang, kecuali kadar emosinya.
Namun, karena kekonyolan-kekonyolan yang terjadi di antara merekalah yang menjadi bagian paling menyenangkan. Apalagi setelah sihir Gipsi itu bekerja, kekonyolan semakin merajalela, keseruan semakin menguatkanku untuk terus membacanya
Endingnya. Hem, cukup mengejutkan. Sangat tidak terduga. Meski sejujurnya membuatku kecewa. Tapi, saat aku tahu novel itu ada kelanjutannya, aku langsung berharap ada pencerahan yang membuat lega. Dan iya, aku lega saat membaca novel keduanya.
Terakhir mau membahas covernya. Aku lebih suka cover lamanya. Lagi-lagi karena masalah keterkaitan dengan isinya.
Cover Baru
Cover yang baru didominasi warna putih, sanada dengan cover novel keduanya. Dengan gambar topi penyihir yang menutup tubuh seseorang. Rasanya kurang misterius. Berbeda dengan cover lamanya yang langsung menarik perhatianku.
Aku ini memang penyuka hal-hal yang menyerempet tentang hocus-pocus. Sampai-sampai aku mempelajari tarot dan permainan ramalan dengan kartu remi. Aku juga sempat sedikit sensitif dengan dunia gaib. Untuk kartu tarot dan remi memang hanya mainan, tapi untuk rasa sensitifku, kata orang itu berkah yang akhirnya aku tolak. Makasih deh, nggak usah punya begituan nggak apa-apa.
Nah, itulah yang bikin aku tertarik untuk membeli novel ini di tanggal 21 Maret 2011 di Gramedia Madiun. Dan saat membacanya, aku tak pernah dikecewakannya. Makanya, saat buku kedua muncul, aku langsung minta dibeliin meski aku terbaring di rumah sakit.
Saat pulang dari rumah sakit, novel kedua dari novel inilah yang menjadi teman masa-masa penyembuhanku.
Oke curhat colongan selesai, sekarang mau ngasih bintang. Dulu, pertama kali baca novel ini aku kasih bintang 3. Sekarang, aku berubah pikiran dan memberinya bintang 4 dari 5 bintang.
Ah, iya. Novel ini memang menyerempet novel dewasa. Namun, kadar xxx nya nggak terlalu kental. Jadi, buat usia 16-17 tahun masih oke ‘lah kalau mau baca. Masih masih aman kok. []


5 comments:

  1. Dua kali mau beli ini tapi gak jadi hehehe jadi pengen beli lagi setelah baca review ini. Btw, follow back ya kak ^^ Thankies

    ReplyDelete
  2. Hai Deta, oke. Folback, done! :D Langsung meluncur ke Blog kamu :)

    ReplyDelete
  3. Apa ditoko buku Gramedia masih available??

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Masih kok di Gramedia. Tapi, yang cover baru. kalau pingin yang lama, mending cari online second saja. Harganya juga lebih murah :D

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos