Penulis : Mia Arsjad
Penerbit : Gramedia
Genre : Metropop
Terbit : Oktober 2009
Tebal : 336 hlm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 5017 – 6
Harga : Rp. 58.000
Sebenarnya, hidup macam
apa, sih yang dihadapi tiga peremuan ini?
Ya, ada tiga perempuan
yang memilih hidup nggak sewajarnya, padahal mereka tahu jalan yang lebih wajar
untuk menikmati hidup nyaman sebagai manusia.
“Nggak bisa apa, kita hidup
normal-normal aja? Kayak yang kurang cuma satu deh. Sutradara. Suruh ngomong ‘camera, roll, action’. Hhh…artis bukan, pejabat bukan, tapi
hidup kok penuh drama gini.” – Nania – hlm. 10
Nania, seorang owner sekaligus chief editor majalah yang hobi banget sama rally. Dia punya pacar
bernama Reva yang selalu – secara nggak langsung – bilang Nania itu nggak
cantik, nggak seksi, dan dia sangat beruntung Reva masih mau jadi pacarnya.
Selain suka menghina
secara nggak langsung, Reva juga posesif nggak ketulungan. Yang paling parah,
Reva itu cowok matre yang selalu moroti Nania.
Tahu pacarnya lebih
sering bikin dia sakit hati, Nania masih juga mempertahankannya. Padahal,
sahabat-sahabatnya, juga keluarganya jelas-jelas nggak suka sama Reva.
“Tiap orang kan sutradara buat
hidupnya sendiri. Bedanya, sutradara film tahu gimana ending filmnya. Tapi kita kan nggak tahu. Kita cuma bisa bilang action,
cut tapi kita nggak tahu apa adegan
akhirnya. Kita kan cuma sutradara dari skenario rahasianya Tuhan.” – Nania –
hlm. 130
Lura, si pramugari cantik
yang punya dendam kusumat sama cowok playboy.
Ini karena masa lalu ibunya yang ditinggal ayah Lura saat ibunya hamil.
Akhirnya, meskipun Lura tahu dia sangat dicintai Robi – kekasihnya – Lura masih
saja sibuk mengerjai para playboy.
Bagi Lura, dilabrak di
depan umum, sampai masuk infotainment
gara-gara ketahuan jadi selingkuhan pacar seorang artis bukan masalah besar.
Yang penting buat Lura, dia puas sudah memberi pelajaran para playboy itu. Tapi, yang jadi masalah,
sampai kapan Lura harus beraksi di belakang Robi?
Mala, si sekretaris yang
cinta banget sama bos-nya. Mas Sis, laki-laki hidung belang yang menjanjikan
Mala sebuah pernikahan. Dia selalu bilang akan menceraikan istrinya. Bodohnya,
Mala percaya-percaya saja dan mau menjadi selingkuhannya. Tapi, janji-janji itu
seperti gula di ujung bibir. Saat Mala benar-benar meneguknya, rasa manisnya
hilang.
Kedua sahabatnya mencoba
menasihatinya, namun Mala seperti membohongi dirinya sendiri kalau Mas Sis
nggak mungkin bohong.
Oke, memang hidup mereka
terkesan ngasal, ngawur, nggak jelas. Tapi, mereka bukan perempuan sembarangan.
Mereka perempuan yang unik. Dan mereka sedang mencari sebuah ending, ending yang belum bisa mereka
tebak.
“Kamu harus yakin, when you meet an ending, it’s just because
you’re going to meet a new start.” –
Robi – hlm. 296
Dil3ma, novel yang sejak bab pertama sudah membuatku tegang. Lalu, gaya bahasa
dan pilihan diksinya pun semakin membuatku tercengang. Gila, inikah gaya hidup
cewek-cewek metropolis? Wah, pasti hidup mereka kayak kembang api. Jdaaarr…jdeerrr…jdarrr…jderrr
nggak ada matinya.
Meski begitu, aku malah
jenuh sama konflik Nania. Mungkin, aku terlalu kesal padanya, atau lebih tepat
dibilang aku geregetan sama dia – sampai akhirnya aku jadi males. Kok ada gitu
cewek yang lebih takut jomblo ketimbang terus makan hati.
Aku aja yang baru tahu
ada cowok minta dibeliin pulsa ceweknya langsung ilfil. Lah, ini, cowok nggak
tahu malu model Reva gini sudah pasti aku masukin bak sampah sejak pertama dia
bilang minta dibayarin.
Untunglah masuk Elwan –
si fotografer asik, cakep, dan baik banget – di hidup Nania. Dia kayak obat
buat aku. Dan, ya…aku jatuh cinta sama karakter Elwan. Sayangnya, dia kurang
banget jatah tayangnya.
Untuk konfik di hidup
Mala, awalnya emang biasa aja, ya. Cuma saat tahu cara dia menyelesaikan
konfliknya, aku cukup dibuat simpati juga.
Yang paling punya konflik
beda dan ekstrim itu si Lura. Karakter Lura ini cukup asik, dan aku suka sama
dia, meskipun dia ini joroknya minta ampun.
Kembali sama konflik
Lura. Menurutku, hidup Lura paling seru. Aku suka banget cara dia nanggepin
para cewek yang melabraknya. Dan, aku suka ceplas-ceplosnya.
Lura membuat novel ini
punya sisi paling gelap saat dia menghadapi klimaks masalahnya. Bisa dibilang,
klimaks masalah inilah penyelesai konfliknya.
Penulis menyampaikan
pesannya nggak lewat kata-kata mutiara yang bertebaran di setiap bab, memang. Makanya,
nggak banyak kalimat yang bisa aku kutip kali ini. Tapi, dari kisah hidup para
tokohnya lah kita banyak belajar tentang cinta dan ketulusan.
Kalau diibaratkan
minuman, novel ini terasa seperti minuman bersoda. Meledak-ledak saat pertama menyentuh
lidah. Seru banget.
Untuk ending-nya, em…ending buat Lura jelas. Buat Mala juga mulai sedikit ada kejelasan.
Lah, si Nania gimana? Aku merasa belum rela melepas Nania. Kayaknya, novel
Dil3ma part 2 masih oke-oke aja tuh buat dilanjutin. Aku masih pengin ketemu
Elwan.
Rating untuk novel ini 3
dari 5 bintang.
Novel ini termasuk novel yang udah langka. Aku cukup lama
juga mencarinya. Tapi, akhirnya ketemu juga. So, yang berminat sama novel ini
bisa diorder di booklaza lho.
No comments:
Post a Comment