Tulisan ini diikutsertakan dalam
#TantanganDongengPeri
Aislinn keluar dari
kerumuman bunga matahari saat mendengar suara Bibi Leslie dan Paman Godi
sepasang rusa teman baiknya.
“Hai, Aislinn, kau tampak
lebih murung hari ini?” sapa Bibi Leslie sambil mendekatinya.
Aislinn menunduk, “Aku
merasa, hari ini hutan akan menangis lagi,” ucapnya lirih.
Aislinn adalah peri hutan
bertanduk rusa yang tak pernah tersenyum. Dia mempunyai ikatan batin dengan
alam. Saat hutan bersedih karena dia dirusak dan penghuninya diburu, Aislinn
bisa merasakan kesedihannya. Dan, saat dia bersedih, alam akan merespon dengan
perubahan cuaca yang mendadak mengikuti perasaannya.
“Benarkah?!” Paman Godi
terlihat cemas. “Sepertinya aku harus memperingatkan yang lain untuh
berhati-hati.”
“Tapi, mereka sudah
memasuki hutan cukup dalam, paman.” Wajah Aislinn tampak memucat. “Jika kau
keluar dari sini, itu sangat berbahaya untukmu!”
Paman Godi mendesah
berat. “Apa yang harus kita lakukan pada orang-orang tak bertanggungjawab itu?”
“Kita tak bisa apa-apa,
sayang,” jawab Bibi Leslie. “Alam sendiri yang akan memperingatkan mereka jika
saatnya tepat.”
Dan tiba-tiba Aislinn
terduduk, air matanya menetes satu persatu. Dia tampak menahan sakit di
dadanya. Perlahan, angin mulai bertiup kencang, awan menggelap dan hujan deras mulai
turun.
“Hah… terjadi lagi!”
keluh Bibi Leslie, dia sudah menunduk sedih.
Paman Godi hanya
mengangguk dengan wajah tak kalah sedih.
Hari ini, Neil dan
rombongan berhasil mendapatkan dua ekor rusa dan 3 ekor kelinci putih. Sebuah
hasil buruan yang lumayan memuaskan.
Namun, saat mereka akan
pulang, mereka tersesat. Hutan seperti menutup jalan untuk mereka. Neil
memutuskan untuk mencari tempat teduh dan menunggu hari terang untuk pulang.
Rombongan menemukan
sebuah gua kecil di dalam hutan. Dengan perlengkapan seadanya, mereka membuat
api unggun dan membakar daging kelinci untuk makan malam.
Malam semakin larut, Neil
dan rombongannya terlelap. Kemudian, Aislinn muncul mengamati mereka.
“Orang itu….” Aislinn teringat
dengan mimpinya. Mimpi saat dia bertemu seseorang. Mimpi di mana dia tak merasa
sedih dan selalu tertawa riang.
Neil terbangun dari
mimpinya dengan keringat dingin dan wajah panik. Namun, dia langsung melupakan
mimpinya karena dia merasakan sesuatu yang menatapnya dari jauh.
Neil beranjak dari
tempatnya dan keluar dari Gua. Dia menangkap bayangan hitam di balik pohon
besar.
Aislinn tahu dirinya
mulai dekat dengan pria itu, tapi dia tak takut karena manusia tak akan bisa
melihatnya kecuali para binatang.
“Siapa kau?” tanya Neil
saat dia mulai menemukan sosok yang memperhatikannya.
Aislinn terkejut dirinya
bisa ditemukan. Kenapa pria itu bisa melihatnya?
Aislinn tampak penasaran
dan keluar dari persembunyiannya, dia ingin meyakinkan dirinya jika pria itu
memang benar-benar bisa melihatnya.
“Kau bisa melihatku?”
tanyanya ragu-ragu.
“Kau?” Neil tampak
terkejut melihat gadis bertanduk rusa di hadapannya. Dan seketika dia teringat
mimpi-mimpinya.
Aislinn tak menjawab, dia
memilih diam dalam memendam keterkejutannya.
Neil melangkah mendekat,
membuat Aislinn reflek munduk beberapa langkah, “Ini tidak mungkin, itu hanya
mimpi,” kata Neil.
Aislinn seketika
menghentikan langkahnya, dan Neil berhasil memperpendek jarak mereka. “Tapi,
sekarang jadi nyata. Kau melihat aku yang sebenarnya,” gumam Aislinn.
Dalam mimpi Neil dan
Aislinn, Aislinn tak bertanduk, dia layaknya seorang manusia biasa yang
berwajah cantik dengan mata berbinar cerita, tidak sama dengan Aislinn di dunia
nyata.
“Aku peri hutan.” Aislinn
menjelaskan siapa dirinya. “Aku tak menyangka kau adalah salah satu dari
manusia yang merusak alam,” kata Aislinn parau.
Nail terkejut dengan
kata-kata yang dilontarkan Aislinn. “Aku hanya mengambil apa yang bisa diambil
dari alam. Apa aku salah?”
“Tapi, manusia terlalu
serakah dan mengambil lebih banyak dari yang harusnya mereka ambil.”
Neil terdiam dan
menyadari kata-katanya benar. “Maafkan kami.” Neil menunduk dan menghela nafas
berat. Dan saat itulah, Aislinn langsung bergerak cepat meninggalkan Neil.
Saat Neil tersadar, dia
sudah sendirian. “Aislinn!!!” Sudah tak ada sahutan, hanya ada gemrisik dedaunan
yang tertiup angin.
Aislinn termenung di
pondoknya. Dia tak menyangka akan bertemu Neil di dunia nyata. Pria itu adalah
bagian dalam dirinya sekalipun mereka hanya menjalin hubungan dalam mimpi saja.
Pandangan mata Aislinn
kosong, fikirannya masih menerawang waktu dia berhadapan dengan Neil.
“Apa dia terkejut
melihatmu?” tanya Bibi Leslie.
Aislinn mengangguk, tapi
sesaat kemudian menggeleng, “Entahlah!” jawabnya lirih. “Aku harus menemuinya
lagi!” Aislinn sudah berdiri dan siap beranjak pergi.
“Aku rasa jangan! Kamu
lupa kamu tak boleh berdekatan dengan manusia, Aislinn?” tanya Paman Godi.
“Aku berjanji, aku akan
berhati-hati, paman!” kata Aislinn meyakinkan.
Dia segera bergegas keluar
dari pondoknya, tangannya terlihat memegang kedua sisi gaunnya agar kakinya
leluasa berlari.
Aislinn dengan mudah
menemukan pria itu. Ternyata, karena pertemuannya semalam, Neil memutuskan
untuk tetap tinggal di hutan dan meminta rombongannya pulang.
“Kau belum pergi?” sapa
Aislinn.
Neil tersenyum, “Ya, aku
menunggumu.”
“Kenapa?”
“Karena aku….” Neil
terdiam beberapa saat, “Karena aku harus bertemu kamu, Aislinn.”
Aislinn tampak bingung,
Neil tersenyum. “Sebelum pertemuan kita, aku pernah bertemu denganmu di alam
mimpiku. Kau adalah sosok yang membuatku enggan untuk bangun, karena dalam
mimpi aku selalu bahagia bertemu denganmu.”
“…” Aislinn ternganga
dengan cerita Neil. “Kau adalah takdir yang dikirimkan untukku.” Neil mendekat.
“Jangan sentuh aku!”
teriak Aislinn.
“Kenapa? Apa kamu
membenciku?” Wajah Neil tampak gundah.
Aislinn menggeleng dengan
kuat. “Aku senang bisa bertemu denganmu.” Aislinn tersenyum, senyum pertamanya
di dunia nyata.
Neil tertular senyum itu.
“Aku juga!”
“Tapi, aku bukan
takdirmu.” Aislinn menunduk. “Saat aku mendapatkan kebahagiaan, itu artinya
saatnya aku mengorbankan diriku untuk alam.” lanjutnya.
“Aku tak mengerti!”
“Alam mulai rusak. Alam
butuh penyembuh, dan akulah penyembuh itu” Jelas Aislinn. “Dan, bertemu denganmu
membuatku bahagia.” Aislinn tersenyum. Dan alam berubah cerah dengan semilir
angin yang menyejukkan. “Jadi, ini tanda waktunya telah tiba.”
Aislinn bergerak mendekati
Neil. Perlahan tangannya terangkat, dengan ragu dia akan menyentuh wajah Neil
namun tertahan. “Aku akan pergi dengan bahagia, Nail. Bahagia karena pernah
bertemu denganmu.” Akhirnya, Aislinn menyentuh wajah Neil. Tapi, saat tangan
itu menyentuh Neil, Neil merasakan gemuruh di dadanya.
“Aislinn, kau tak akan
meninggalkanku seperti dimimpi-mimpiku ‘kan?”
“Aku akan pergi Neil.”
Aislinn tersenyum.
“Aislinn!” Neil mencoba
menggapai tubuh Aislinn yang mulai mengabur. “Aislinn, aku mohon jangan pergi!”
Neil mulai panik.
Aislinn menggeleng.
“Terima kasih, Neil. Terima kasih membuatku tersenyum.” Dan Aislinn benar-benar
menghilang selamanya. Dia berubah menjadi roh alam yang akan selalu menebarkan
benih kehidupan. Aislinn akan selalu ada dalam rintik gerimis, atau harum bunga
saat musim semi. Aislinn akan membuat alam tersenyum dalam pelukannya.
No comments:
Post a Comment