Sunday, October 13, 2013

Dongeng - Goodbye Sadness

Tulisan ini diikutsertakan dalam
#TantanganDongengPeri
 
Aislinn keluar dari kerumuman bunga matahari saat mendengar suara Bibi Leslie dan Paman Godi sepasang rusa teman baiknya.
“Hai, Aislinn, kau tampak lebih murung hari ini?” sapa Bibi Leslie sambil mendekatinya.
Aislinn menunduk, “Aku merasa, hari ini hutan akan menangis lagi,” ucapnya lirih.
Aislinn adalah peri hutan bertanduk rusa yang tak pernah tersenyum. Dia mempunyai ikatan batin dengan alam. Saat hutan bersedih karena dia dirusak dan penghuninya diburu, Aislinn bisa merasakan kesedihannya. Dan, saat dia bersedih, alam akan merespon dengan perubahan cuaca yang mendadak mengikuti perasaannya.
“Benarkah?!” Paman Godi terlihat cemas. “Sepertinya aku harus memperingatkan yang lain untuh berhati-hati.”
“Tapi, mereka sudah memasuki hutan cukup dalam, paman.” Wajah Aislinn tampak memucat. “Jika kau keluar dari sini, itu sangat berbahaya untukmu!”
Paman Godi mendesah berat. “Apa yang harus kita lakukan pada orang-orang tak bertanggungjawab itu?”
“Kita tak bisa apa-apa, sayang,” jawab Bibi Leslie. “Alam sendiri yang akan memperingatkan mereka jika saatnya tepat.”
Dan tiba-tiba Aislinn terduduk, air matanya menetes satu persatu. Dia tampak menahan sakit di dadanya. Perlahan, angin mulai bertiup kencang, awan menggelap dan hujan deras mulai turun.
“Hah… terjadi lagi!” keluh Bibi Leslie, dia sudah menunduk sedih.
Paman Godi hanya mengangguk dengan wajah tak kalah sedih.
Hari ini, Neil dan rombongan berhasil mendapatkan dua ekor rusa dan 3 ekor kelinci putih. Sebuah hasil buruan yang lumayan memuaskan.
Namun, saat mereka akan pulang, mereka tersesat. Hutan seperti menutup jalan untuk mereka. Neil memutuskan untuk mencari tempat teduh dan menunggu hari terang untuk pulang.
Rombongan menemukan sebuah gua kecil di dalam hutan. Dengan perlengkapan seadanya, mereka membuat api unggun dan membakar daging kelinci untuk makan malam.
Malam semakin larut, Neil dan rombongannya terlelap. Kemudian, Aislinn muncul mengamati mereka.
“Orang itu….” Aislinn teringat dengan mimpinya. Mimpi saat dia bertemu seseorang. Mimpi di mana dia tak merasa sedih dan selalu tertawa riang.
Neil terbangun dari mimpinya dengan keringat dingin dan wajah panik. Namun, dia langsung melupakan mimpinya karena dia merasakan sesuatu yang menatapnya dari jauh.
Neil beranjak dari tempatnya dan keluar dari Gua. Dia menangkap bayangan hitam di balik pohon besar.
Aislinn tahu dirinya mulai dekat dengan pria itu, tapi dia tak takut karena manusia tak akan bisa melihatnya kecuali para binatang.
“Siapa kau?” tanya Neil saat dia mulai menemukan sosok yang memperhatikannya.
Aislinn terkejut dirinya bisa ditemukan. Kenapa pria itu bisa melihatnya?
Aislinn tampak penasaran dan keluar dari persembunyiannya, dia ingin meyakinkan dirinya jika pria itu memang benar-benar bisa melihatnya.
“Kau bisa melihatku?” tanyanya ragu-ragu.
“Kau?” Neil tampak terkejut melihat gadis bertanduk rusa di hadapannya. Dan seketika dia teringat mimpi-mimpinya.
Aislinn tak menjawab, dia memilih diam dalam memendam keterkejutannya.
Neil melangkah mendekat, membuat Aislinn reflek munduk beberapa langkah, “Ini tidak mungkin, itu hanya mimpi,” kata Neil.
Aislinn seketika menghentikan langkahnya, dan Neil berhasil memperpendek jarak mereka. “Tapi, sekarang jadi nyata. Kau melihat aku yang sebenarnya,” gumam Aislinn.
Dalam mimpi Neil dan Aislinn, Aislinn tak bertanduk, dia layaknya seorang manusia biasa yang berwajah cantik dengan mata berbinar cerita, tidak sama dengan Aislinn di dunia nyata.
“Aku peri hutan.” Aislinn menjelaskan siapa dirinya. “Aku tak menyangka kau adalah salah satu dari manusia yang merusak alam,” kata Aislinn parau.
Nail terkejut dengan kata-kata yang dilontarkan Aislinn. “Aku hanya mengambil apa yang bisa diambil dari alam. Apa aku salah?”
“Tapi, manusia terlalu serakah dan mengambil lebih banyak dari yang harusnya mereka ambil.”
Neil terdiam dan menyadari kata-katanya benar. “Maafkan kami.” Neil menunduk dan menghela nafas berat. Dan saat itulah, Aislinn langsung bergerak cepat meninggalkan Neil.
Saat Neil tersadar, dia sudah sendirian. “Aislinn!!!” Sudah tak ada sahutan, hanya ada gemrisik dedaunan yang tertiup angin.
Aislinn termenung di pondoknya. Dia tak menyangka akan bertemu Neil di dunia nyata. Pria itu adalah bagian dalam dirinya sekalipun mereka hanya menjalin hubungan dalam mimpi saja.
Pandangan mata Aislinn kosong, fikirannya masih menerawang waktu dia berhadapan dengan Neil.
“Apa dia terkejut melihatmu?” tanya Bibi Leslie.
Aislinn mengangguk, tapi sesaat kemudian menggeleng, “Entahlah!” jawabnya lirih. “Aku harus menemuinya lagi!” Aislinn sudah berdiri dan siap beranjak pergi.
“Aku rasa jangan! Kamu lupa kamu tak boleh berdekatan dengan manusia, Aislinn?” tanya Paman Godi.
“Aku berjanji, aku akan berhati-hati, paman!” kata Aislinn meyakinkan.
Dia segera bergegas keluar dari pondoknya, tangannya terlihat memegang kedua sisi gaunnya agar kakinya leluasa berlari.
Aislinn dengan mudah menemukan pria itu. Ternyata, karena pertemuannya semalam, Neil memutuskan untuk tetap tinggal di hutan dan meminta rombongannya pulang.
“Kau belum pergi?” sapa Aislinn.
Neil tersenyum, “Ya, aku menunggumu.”
“Kenapa?”
“Karena aku….” Neil terdiam beberapa saat, “Karena aku harus bertemu kamu, Aislinn.”
Aislinn tampak bingung, Neil tersenyum. “Sebelum pertemuan kita, aku pernah bertemu denganmu di alam mimpiku. Kau adalah sosok yang membuatku enggan untuk bangun, karena dalam mimpi aku selalu bahagia bertemu denganmu.”
“…” Aislinn ternganga dengan cerita Neil. “Kau adalah takdir yang dikirimkan untukku.” Neil mendekat.
“Jangan sentuh aku!” teriak Aislinn.
“Kenapa? Apa kamu membenciku?” Wajah Neil tampak gundah.
Aislinn menggeleng dengan kuat. “Aku senang bisa bertemu denganmu.” Aislinn tersenyum, senyum pertamanya di dunia nyata.
Neil tertular senyum itu. “Aku juga!”
“Tapi, aku bukan takdirmu.” Aislinn menunduk. “Saat aku mendapatkan kebahagiaan, itu artinya saatnya aku mengorbankan diriku untuk alam.” lanjutnya.
“Aku tak mengerti!”
“Alam mulai rusak. Alam butuh penyembuh, dan akulah penyembuh itu” Jelas Aislinn. “Dan, bertemu denganmu membuatku bahagia.” Aislinn tersenyum. Dan alam berubah cerah dengan semilir angin yang menyejukkan. “Jadi, ini tanda waktunya telah tiba.”
Aislinn bergerak mendekati Neil. Perlahan tangannya terangkat, dengan ragu dia akan menyentuh wajah Neil namun tertahan. “Aku akan pergi dengan bahagia, Nail. Bahagia karena pernah bertemu denganmu.” Akhirnya, Aislinn menyentuh wajah Neil. Tapi, saat tangan itu menyentuh Neil, Neil merasakan gemuruh di dadanya.
“Aislinn, kau tak akan meninggalkanku seperti dimimpi-mimpiku ‘kan?”
“Aku akan pergi Neil.” Aislinn tersenyum.
“Aislinn!” Neil mencoba menggapai tubuh Aislinn yang mulai mengabur. “Aislinn, aku mohon jangan pergi!” Neil mulai panik.
Aislinn menggeleng. “Terima kasih, Neil. Terima kasih membuatku tersenyum.” Dan Aislinn benar-benar menghilang selamanya. Dia berubah menjadi roh alam yang akan selalu menebarkan benih kehidupan. Aislinn akan selalu ada dalam rintik gerimis, atau harum bunga saat musim semi. Aislinn akan membuat alam tersenyum dalam pelukannya.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos