Penulis : Elvira Natali
Penerbit : Gramedia
Genre : Romance
Kategori : Adult, Amore
Tebit : Februari 2014
Tebal : 232 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 0205 – 8
Harga : 52.000
Sejak kecil, Felicia sudah mengenal Marcel. Mereka tumbuh
bersama dan akhirnya malah ditakdirkan menjadi sepasang kekasih. Mereka tak
terpisahkan sampai pada saat Marcel memutuskan untuk kuliah S2 di Milan.
Buat Felicia, pilihan Marcel membuat hatinya tak nyaman.
Bukan, bukan karena mereka yang akan saling berjauhan. Tapi, karena kota yang
dipilihnya, Milan.
Milan adalah kota yang membuat Felicia kehilangan sang ayah.
Dan, itu membuat dia trauma untuk mengunjungi tempat tersebut.
“Tapi kau tidak bisa
selalu terperangkap dalam masa lalu. Kau harus bisa terus maju tanpa perlu
melihat lagi ke belakang.” – Yutaka – hlm. 158
Seperti menjawab ketakutan Felicia, Milan lagi-lagi merenggut
sesuatu yang dicintainya. Marcel jatuh dari tangga kampusnya dan amnesia. Dia
lupa pada Felicia padahal saat itu mereka sudah bertunangan.
“Seharusnya aku tidak
membiarkannya kuliah di Milan. Kalau saja dia tetap di Indonesia atau negara
yang lain, aku sangat yakin keadaan akan tetap sama.” – Felicia – hlm. 138
Felicia berusaha melupakan orang yang dia cintai seumur
hidupnya dengan pergi jauh darinya. Kemudian Yutaka muncul. Laki-laki
berkebangsaan Jepang ini membuatnya kembali jatuh cinta. Tapi, takdir memang
terlalu kejam. Sebuah kenyataan dari masa lalu ibunya membuat Yutaka dan
Felicia tak mungkin bersama.
Bagaimana ini? Apakah takdir Felicia memang harus berteman
dengan kepiluan seumur hidupnya? Benarkah dia akan hidup tanpa cinta selamanya
dan menerima kenyataan siapa sebenarnya Yutaka bagi ibunya?
“Ia toh tidak boleh
terus-terusan seperti ini. Dan tidak ada seorang pun yang bisa mengubah
takdir.” – hlm. 128
Return, benar-benar novel yang mengajak kita kembali
berputar ke masa lalu. Dari saat Felicia bersama Marcel, kemudian dia bertemu
Yutaka, dan bertemu Marcel lagi. Kemudian, ibu Felice, Eva yang juga tampak
kembali ke masa lalu saat bertemu Yutaka. Termasuk Milan, kota yang selalu
memaksa Felicia untuk kembali ke masa terdahulu saat dia kehilangan sang ayah,
juga tragedi yang menimpa Marcel.
Banyak hal pilu yang dilalui Felicia. Sayangnya, perasaan
pilu itu tidak bisa benar-benar aku rasakan. Seperti saat dia harus menghadapi
tunangannya yang tiba-tiba melupakannya, aura pilu dari Felicia sangat kurang
kental.
Kota Milan. Bagi Felicia kota ini adalah kota yang membuatnya
takut. Lagi-lagi rasa takut itu tidak bisa aku tangkap. Begitu juga saat ibu
Yutaka meninggal, Yutaka sangat kurang terpukul selayaknya seorang anak yang
ditinggal mati ibunya.
Marcel, dia sangat tahu Yutaka mencintai Felicia. Sebagai
orang yang juga mencintai Felicia harusnya dia menampakkan kecemburuan saat
Yutaka hadir di antara mereka. Dan, aku tidak menemukan rasa itu pada Marcel.
Felicia juga tidak menunjukkan sikap canggung karena
mencintai kakaknya sendiri. Jika di dunia nyata, konflik ini pasti benar-benar
menyiksa. Tapi, Felice dan Yutaka juga kurang menunjukan rasa itu. Bahkan, saat
mereka tinggal bersama sebagai saudara, interaksi mereka juga biasa saja.
Harusnya ada yang berbeda. Harusnya tetap ada sesuatu yang membuat mereka tidak
nyaman satu sama lain karena bagaimanapun dari seorang pria dan wanita yang
saling mencintai tiba-tiba berubah status jadi kakak beradik, itu pasti terasa
aneh.
Intinya, novel ini kurang menunjukkan taste yang seharusnya. Sehingga, konflik yang terasa berat malah
terasa biasa saja.
Untuk pilihan diksi, aku juga tidak merasa nyaman. Kalimat
percakapan di antara mereka kurang terasa alami. Kadang, malah tampak kurang
penting untuk dimasukkan dalam rantai cerita.
Aku suka pilihan setting novel
ini, Bogor, Milan dan Jepang. Penulis juga berusaha menggambarkan tempat-tempat
ini. Dia menunjukkan beberapa tempat wisata yang menarik di Milan dan Jepang.
Bagian tersebut jadi sesuatu yang bisa menambah wawasanku tentang luar negeri.
Amnesia, satu masalah ini kadang membuat aku memutar bola
mata. Apalagi jika penulis tidak berhati-hati dengan satu hal ini, dia seperti
membuat jebakan untuk dirinya sendiri. Dan, menurutku, penulis benar-benar
masuk dalam jebakannya.
Kenapa? Karena amnesia Marcel membuat aku ‘hah’ sudahlah.
Apalagi dia yang akhirnya bisa mengingat kembali dengan segala caranya.
Menurutku, amnesia tak sesederhana di novel ini.
Ending, ahem… no
comment.
Oh, menurutku Gramedia nggak tepat memasukkan novel ini dalam
kategori novel dewasa. Di sini, aku nggak menemukan satupun hal yang bisa
dibilang masuk kategori tersebut. Anak di bawah tujuh belas tahun saja bebas
kalau mau baca, kok. Aman.
Covernya. Wao…cantik sekali. Aku suka. Rating buat covernya
4,5 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment