Saturday, November 19, 2016

[Review] APA PUN SELAIN HUJAN – Orizuka




Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance, Fiksi
Kategori : Young Adult, Trauma, Taekondo
Terbit : 2016
Tebal : 288 halaman
ISBN : 978-979-78-0850-1
Harga : Rp. 60.000


Wira membenci hujan. Baginya, hujan membangkitkan luka lama yang sangat ingin dia lupakan. Sayang, hujan selalu datang, dan luka itupun selalu menyapanya lagi dan lagi.
Demi tak merasakan sakit, Wira meninggalkan semuanya, kota tempat tinggalnya, mimpinya, orang tuanya, bahkan dia meninggalkan sahabat baiknya.
“Ia meninggalkan semua yang pernah ia miliki. Ia tak berani menoleh ke belakang, juga tak berani diam di tempat karena jika ia diam, ia tak akan punya pilihan lain selain mengingat.” – hlm. 89

Namun, mimpi itu masih mengejar Wira, meskipun dia sudah menjauh. Dan, saat Wira benar-benar ingin melupakan masa lalunya, dia bertemu seorang gadis bernama Kayla yang ternyata Tuhan kirim untuk membuat Wira kembali menyambut mimpi.
“...kamu juga punya kuasa untuk mempercayai dirimu sendiri, juga orang-orang yang benar-benar sayang dan peduli padamu. Kalau kamu selalu percaya omongan orang lain, kamu tidak akan bisa bahagia.” – hlm. 254
Apa Pun Selain Hujan, membaca novel ini aku teringat novel Truth about Forever karya Orizuka juga. Karakter Wira sedikit mirip dengan Yogas, dan karakter Kayla juga mirip dengan Kana. Bahkan, rasa dari novelnya pun hampir mirip. Mungkin, karena Wira juga lebih banyak menghindari orang lain. Dia seperti takut didekati, persis seperti Yogas.
Di awal cerita, aku yakin Wira berhenti menjadi taekwondoin  karena kematian Faiz. Mungkin, benar seperti itu. Tapi, kenapa Wira bisa goyah dan mau kembali ke dunia taekwondo  hanya karena Nadine menginginkan dia kembali. Harusnya, ada sesuatu yang lebih, yang membuat Wira bangkit lagi. Karena, menurutku, Taekondo dan Hujan sama-sama menimbulkan trauma besar untuk Wira.
Orizuka membawakan cerita dengan sangat enak. Karakter tokohnya juga cukup hidup. Yang aku suka dengan Orizuka, dia sering memilih setting di luar Jakarta atau kota metropolitan lainnya.
Kali ini Malang, Universitas Brawijaya. Aku sedikit mengenal Malang. Aku pernah ke Universitas Brawijaya dan Jatim Park 2, juga BNS. Juga mengeksplor beberapa tempat di Malang lainnya. Jadi, aku merasa lebih dekat dengan cerita. Sayang, aku belum pernah bikin tulisan traveling di Malang.
Di novel ini, Orizuka mampu bercerita dengan ringan, dan mengalir, membuat pembaca tidak lelah. Beberapa part menampilkan adegan yang membuat tersenyum sekaligus terharu.
Mengenai trauma tentang hujan, menurutku berhasil diceritakan dengan baik. Rasa tertekan, sekaligus putus asa Wira benar-benar sampai kepada pembaca.
Aku juga suka adegan antara Kayla, Wira dan Sarang. Sarang adalah seekor kucing yang dulu pernah ditemukan Wira. Karena tak berani membawa pulang, Wira hanya meletakkan payung di atas kardus tempat Sarang dibuang oleh pemiliknya dulu. Karena Sarang inilah Kayla dan Wira akhirnya jadi dekat.
Apapun Selain Hujan tidak hanya bercerita tentang trauma Wira, namun juga tentang mimpi dan persahabatan. Mereka, teman-teman kuliah Wira – benar-benar teman yang bisa disebut sebagai teman yang sebenarnya.
Meski Wira sering kali menolak kehadiran mereka, tapi mereka tidak menjauhinya. Mereka tetap menganggap Wira teman, dan terus mendekatinya tanpa kenal menyerah. Saat masa lalu Wira terkuak pun, tak ada yang men-judge Wira. Inilah yang namanya persahabatan itu.
Orizuka tidak melupakan dimana novel ini terjadi, Malang. Sesekali bahasa khas Malang muncul, membuat aku merasakan kalau novel ini nyata bersetting di Malang.
Tak heran, lah, hal kecil yang sering terlupakan ini tetap diperhatikan Orizuka, mengingat mbak satu ini sudah jadi master di dunia pernovelan.
Rating 3,4 dari 5 bintang.





3 comments:

  1. Saya lupa buku Orizuka yang mana yang pernah saya baca. Tapi, yang paling saya ingat dari karyanya adalah cara Orizuka bercerita itu enak sekali, mengalir dan mudah diikuti. Sehingga rasanya setebal apapun buku karyanya, akan mudah dilahap. Jadi seperti diingatkan untuk mencari bacaan karya Orizuka lagi, hehe. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener2... mbak satu ini pinter kalau bikin cerita. Kadang, tema-nya itu umum, biasa, tapi tetep enak

      Delete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos