Setelah bulan Juli
kemarin kita nggak puas sama
Trenggalek yang cuma berhasil meng-eksplor dua pantai saja (Baca ulasannya disini). Kali ini,
tanggal 24 Agustus 2015, Tulungagung yang jadi objek penjelajahan kita.
Berangkat dari rumah jam
empat pagi, kita sampai di parkiran sekitar jam delapan kurang. Istirahat dulu
sekitar setengah jam untuk sarapan pagi, karena kita butuh tenaga ekstra full
untuk menuju tiga tempat dalam satu kawasan ini.
Pantai Coro, Tebing Banyu
Mulok dan Pantai Dadap berada satu kawasan dengan Pantai Popoh, Kecamatan
Besuki, Kabupaten Tulungagung. Kita harus bayar retribusi seharga Rp. 5.500 per
orang dan parkir mobil Rp. 2.000. Bedanya, kalau ke Pantai Popoh kita belok kanan, untuk ke tempat yang
kita tuju, kita belok kiri. Nanti ada papan petunjuknya, kok.
Ada dua pilihan cara
untuk menuju Pantai Coro, yaitu dengan ojek seharga Rp. 15.000 satu kali
perjalanan, atau jalan kaki. Kalau kamu termasuk tipe orang yang suka
tantangan, manfaatkan kakimu sebaik mungkin.
|
Pantai Coro di pagi hari |
Banyak memang yang bilang
perjalanannya berat, namun menurut aku sih ini masih bisa dihadapi. Kamu hanya
perlu tekat, air minum, bawaan seadanya–jangan berat-berat, sepatu/sandal yang
nyaman untuk track naik turun dengan medan tanah yang agak licin karena
tanahnya yang gampang longsor. Paling enak sih pakai sandal gunung. Kalau
perlu, bawa kayu buat pegangan, dan juga topi karena cukup panas kalau siang.
|
Petunjuk arah ke Pantai Coro |
Jalan kaki menuju Pantai
Coro perlu waktu sekitar 15-30 menit. Tinggal berapa kali dan berapa lama kalian
istirahat. Kalau aku, aku perlu waktu sekitar 15 menit karena nggak pakai
istirahat. Makanya, waktu tempuhnya hampir sama dengan waktu naik ojek. Kok bisa?
Karena jalan yang dilalui sepeda motor dan jalan kaki berbeda. Jalan kaki punya
track yang lebih pendek namun sedikit lebih susah dibanding track untuk motor.
Tapi, nggak masalah, kok. Gampang!
|
Track ke Pantai Coro |
|
Sedikit mendaki, perjuangan menuju Pantai Coro |
|
Pantai Coro dari jalan setapak. Sebentar lagi sampai!!! |
Pantai Coro di pagi hari
lebih indah dari pada di siang hari. Airnya tampak jernih dengan bebatuan yang
mengintip dibalik deru ombak yang sangat bersahabat. Jadi pengin berenang dan
foto-foto lebih lama. Pasirnya juga bikin pengin lepas sepatu dan menikmati
lebutnya pasir putih yang beneran bagus banget.
|
Pose setelah jatuh. Di situ pula aku jatuhnya. |
Tapi, panggilan untuk
segera bergegas menuju Tebing Banyu Mulok udah meraung-raung kayak alarm aja.
Meskipun nggak rela meninggalkan Pantai Coro, mau nggak mau kita jalan juga.
Walau tetep aja masih berhenti sesekali untuk minta foto. Nah, waktu itulah,
saat aku menginjak salah satu batu, aku terpeleset. Untung daerah itu kering,
jadi nggak basah. Paling, pantatku yang agak sakit. Mungkin, karena sepatu aku
yang jadi licin setelah menginjak pasir, lalu menginjak bebatuan yang halus
banget.
Lanjut, kita kembali
menyusuri jalanan setapak menuju Banyu Mulok. Jangan mengharap ojek di sini.
Yakinlah kamu BISA! Karena disepanjang jalan, hamparan savanna hijau, juga deru
ombak akan menemanimu.
|
Savana menuju Tebing Banyu Mulok |
|
Nggak akan bosan di perjalanan, hijaunya savana bikin seger. |
Kalau kamu nggak pakai
istirahat lama-lama, kamu bisa sampai di sini sekitar 15-25 menit. Awalnya kamu
akan melihat savanna dengan latar belakang laut lepas. Semakin mendekat, kalian
bisa melihat tebing bebatuan dan laut lepas yang biru memukau, juga semburan
air dari ombak yang menghantap tebing di bagian bawah, menciptakan air mancur
yang bisa menciptakan pelangi.
|
Memandang ke belakang, laut lepas yang bikin damai |
Serius, di Banyu Mulok,
kalau kalian berjalan ke kiri tebing, coba perhatikan semburan air setelah
ombak menghantam tebing, kalian akan melihat pelangi. Fenomena indah ini cuma
bisa dinikmati di saat pagi hari sebelum jam sembilan pagi, atau sore mulai jam
tiga sore. Itupun kalau matahari bersinar cerah, kalau mendung ya nothing.
|
Ini Pelangi yang paling sempurna. Nggak semua orang beruntung bisa melihatnya |
Pantai selanjutnya,
Pantai Dadap. Dari Banyu Mulok, kalian harus berjalan ke arah kiri, acuannya adalah
saat kalian menghadap laut. Ikuti saja jalan setapaknya, dan dengarkan deburan
ombaknya. Hanya perlu waktu 10-15 menit, dan kalian akan bertemu pantai pribadi
yang sepi banget. Mungkin, jarang yang tahu pantai tersembunyi ini. Rugi banget
nggak ke Pantai Dadap kalau kamu sudah sampai di Banyu Mulok.
|
Perjuangan saat kembali dari Pantai Dadap |
Track jalan kaki ke
pantai ini agak lebih susah. Tanahnya gampang longsong, juga curam. Harus
benar-benar hati-hati. Jalan masuk ke pantai ini melewati rerumbunan semak.
Dan, saat keluar dari sana, pemandangan pantai langsung tersaji.
|
Semak-semak, pintu masuk Pantai Dadap |
|
|
Satu lagi kesulitan yang
harus dilalui di Pantai Dadap. Ini gimana cara turun dari batu karang biar bisa
ke pantainya? Aduh, takut juga mau turun. Tapi, mas-mas dan mbak-mbak rombongan
dari Gresik yang sudah di sana lebih dulu, ngasih tahu cara turunnya. Mereka
berangkat dari Gresik jam 10 malam, hebat.
|
Pantai Dadap |
Meski udah dikasih tahu ‘nggak
papa turun lewat situ’, aku ya tetep takut. Si Amal– keponakanku–mencoba turun
lebih dulu. Setelah tahu caranya, dia yang bimbing aku buat turun, dan akhirnya
kita – beberapa anggota saja – bisa turun, meskipun yang takut tetap lebih
pilih nunggu di atas. Di sini, memang perlu ekstra nyali kali, ya. Tapi,
bakalan terbayarkan, kok, sama keindahannya.
|
Ini yang nggak berani turun. Batu karangnya cukup tinggi. Maaf, jalan turun lupa nggak difoto |
|
Pantai ini nggak lebar,
sama kayak Pantai Coro pun begitu. Namun, keindahannya benar-benar maksimal
banget. Kalau musim penghujan, di Pantai Dadap ini ada air terjunnya.
Sayangnya, saat aku ke sana airnya kering. Pasir di pantai ini juga putih
banget, kayak di Pantai Coro. Di sini juga lebih nyaman karena ada pohon yang
menaungi pantainya. Huaaahhh…. Keren banget, deh pantai ini.
Saat mau balik pulang,
mikir lagi tuh, gimana naik ke atas karang tadi? Mas-mas yang dari Gresik udah
balik lebih dulu. Untunglah Tuhan mengirimkan rombongan lain dari Kediri. Para
cowok-cowok ini bantu kita naik. Hap..hap..hap.. aman, Alhamdulillah!!!
Jalan lagi kita dari
Pantai Dadap ke Tebing Banyu Mulok. Kita mencoba berburu pelangi lagi, tapi kok
nggak keluar. Ya, ternyata seperti yang aku bilang tadi, cuma di pagi dan sore
hari aja munculnya. Padahal, aku kan belum dapat pelangi yang kayak punya Nyong
Manda. Huaahhh… sudahlah, yang penting udah dapat pelangi seiprit. Setidaknya
masih kebagian, dari pada yang lain.
|
Ini pelangiku. Duh, berasa bidadari. |
Sebelum turun ke Pantai
Coro, ada penjual ikan bakar yang tempatnya persis di atas tebing Pantai Coro.
Harganya nggak mahal, enak pula. Rp. 15.000 untuk satu porsi ikan bakar plus
nasi. Satu porsi ikan bakar isinya dua. Kalau beli satu dimakan berdua cukup.
Info waktu munculnya pelangi di Banyu Mulok aku dapat juga dari penjual ikan
bakar ini.
Dari Pantai Coro, kita
pilih ngojek aja. Soalnya ngejar waktu untuk ke Tebing Kedung Tumpang di
Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung. Kata Dek Im alias @ariputuamijaya yang
sudah sampai sana, tempat ini bagus banget. Ternyata, saat kita ketemuan di
Musolla – tempat yang nggak sengaja bikin rombongan kita ketemu dia – dia
bilang, kita nggak akan mampu. Soalnya kita perlu lewat jalan curam yang harus
pakai tali untuk menuruninya. Nah, lho… mikir, nih. Tenaga kita, kan, sudah terkuras
untuk ke tiga tempat tadi.
Menuju Kecamatan Pucanglaban,
kita harus tanya beberapa kali sama penduduk setempat. Karena nggak ada
petunjuk arah, banyak pertigaan atau perempatan pula. Sudah berusaha tanya aja
masih nyasar gara-gara mas-mas yang salah ngasih arah. Makanya, kalau bingung
langsung tanya orang aja. Jangan percaya sama hati, apalagi halusinasi.
Nggak jadi ke Kedung
Tumpang, kita ke Pantai Molang. Pantai ini letaknya sejalan sama ke Kedung
Tumpang, dan masih di Kecamatan Pucanglaban. Saat lewat parkiran Kedung
Tumpang, terpanalah kita dengan jajaran mobil yang penuh. Bayangkan gimana
penuhnya tempat itu coba.
|
Pantai Molang |
Pantai Molang cukup sepi,
hanya ada dua atau tiga mobil. Tapi, pantai ini panas banget, termasuk pasirnya
yang putih. Kalau kalian belum bertemu tiga tempat di atas, pantai ini termasuk
cukup cantik karena masih alami.
Di sini, ternyata kita
cuma mampir buat makan siang aja. Setelah itu lanjut ke Pantai Lumbung yang
katanya bisa melihat Tebing Kedung Tumpang.
|
Batu raksasa di Pantai Lumbung |
Jalan menuju dua pantai
ini agak berabe. Jalannya kecil dan cukup jelek. Jadi lebih susah buat yang
bawa mobil. Tapi, Pantai Lumbung bagus dan sayang untuk dilewatkan. Cuma,
lagi-lagi nyali kita ditantang untuk turun ke bawah. Melewati jalanan setapak
yang sedikit agak sulit dilalui, dan harus turun tangga kayu sederhana untuk
sampai ke pantainya.
Kelihatannya memang
sulit, tapi nggak sulit-sulit amat, kok. Lebih sulit di Pantai Dadap tadi.
Kalian hanya perlu berhati-hati dan jangan gegabah, itu aja.
|
Berjuang untuk pulang dari Pantai Lumbung |
|
Mikir, ini gimana cara turunnya? |
|
Bismillah, ini aman. Asal hati-hati. Terima kasih buat yang bikinin jalan turun ini. |
Pantai Lumbung punya
ombaknya yang nggak terlalu ganas, tapi harus tetap hati-hati. Dari sini, kita
bisa lihat tebing yang ada batu berbentuk kotak, nah… katanya di sanalah Kedung
Tumpang berada.
Setelah puas, kita lanjut
lagi perjalanan. Niatnya pengin mengejar waktu untuk sampai ke Mangrove di Kecamatan
Watulimo, Trenggalek. Tapi, gatot. Huft, sudahlah… Mangrove punya jalanan yang
mulus, kok. Kapan-kapan bisa jalan ke sana lagi.
Perjalanan kali ini,
meskipun nggak puas banget karena Mangrove dan Kedung Tumpang yang ter-pending, tapi lumayan lah. Setiap
perjalanan yang memakan tenaga ekstra terbayar tunai dengan pemandangan yang
menakjubkan.
Masih ada beberapa tempat
di Tulungagung yang masuk wishlist
untuk dieksplor lain kali. Tapi, untuk mendatang kayaknya butuh beberapa
anggota perjalanan lagi tambahan karena beberapa anggota sepertinya nggak
sanggup kalau diajak ke Kedung Tumpang. Ada yang mau ikut? Lumayan, buat
diajakin patungan :D
Dan, inilah oleh-oleh
dari Tulungagung.
|
Tebing Banyu Mulok |
|
Batu Besar di Pantai Lumbung |
|
Pasir putih Pantai Lumbung |
|
Pantai Coro |
|
Pantai Coro |
|
Pantai Coro |
|
Pantai Coro |
|
Pelangi di Tebing Banyu Mulok |
|
Pantai Dadap |
|
Pantai Coro, bening banget airnya |
|
Pantai Lumbung |
|
Banyu Mulok dari savana |
|
Pantai Lumbung |
|
Pengin tahu foto-foto
seru traveling kita? Bisa mampir ke Instagram aku @dianputu26 , Instagram
@mandandaaa dan bisa juga main ke Instagram @ariputuamijaya mungkin kita bisa
menginspirasi kamu untuk lebih bersemangat menikmati alam Indonesia
Pantainya keren :O
ReplyDeletetapi perjuangan ke sananya banyak juga ya. Sebanding sih sama keindahan pantainya. Kapan aku bisa ke sana ya :3
Anw, itu pantai udah terekspos belum sih? Kayak yang masih sepi gitu, pasti enak ke sana *membayangkan*
Yap...keren banget. Masih banyak yang keren di Tuluangagung *komporin*
ReplyDeleteSecara luas sih memang belum terekspos. Beberapa waktu yang lalu, pantai-pantai ini baru terkenal di kalangan traveler, blogger, sama pengguna instragram. Tapi, sejak masuk di My Trip my adventure, pantai-pantainya jadi makin booming. Cuma yang tetap beda sama pantai-pantai yang dikelola pemerintah daerah. Pantai disin masih sepi pengunjung :D
Dan, pantai-pantai kayak begini yang selalu aku cari
kalau ke pantai jangan lupa sun block nya, soalnya bakalan kebakar dan jadi item kulitnya hhe
ReplyDelete
ReplyDeleteTulisan bagus kak,Kami dealer motor area Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Lihat lihat motor bisa klik disini