Penulis : Eve Shi
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Horror, Thriller, Romance
Kategori : Young Adult, Family Drama,
Bullying
Terbit : 2013
Tebal : iii + 269 hlm
ISBN : 979 – 780 – 652 – 9
Harga : Rp. 39.000
“Nggak usah nonton film horror juga
kita tahu, muka makhluk halus nggak ada yang cakep. Gila banget kalau gue mesti
tunggu kuntilanak atau apa pun itu di kamar mandi sekolah menunjukkan mukanya.
Gimana kalau tulang hidungnya bolong? Pipinya sobek sampai kelihatan gigi? Atau
kulit mukanya terkelupas? – Olivia – hlm. 32
Olivia – Liv – mendapatkan kemampuan melihat makhluk lain
setelah berulang tahun ke tujuh belas. Baginya, ini bukan kado yang patut dia
syukuri, ini mimpi buruk.
Awalnya, saat dia
menyadari sosok putih berambut panjang di kamar mandi sekolah, Liv menganggap
itu hanya salah lihat, tak nyata, hanya halusinasi. Seperti saat melihat
Chandra, anak tetangganya. Liv merasa aneh saja, kenapa anak itu bisa
jalan-jalan sendirian di jalan, padahal saat itu sudah malam. Chandra melihat
ke arah Liv, namun Liv tidak tahu, bahwa yang dilihatnya bukan Chandra seperti
biasanya, itu hantu Chandra.
Namun, saat dia melihat
Frans, temannya yang hilang dan belum ditemukan, Liv menyadari bahwa Frans
sudah meninggal, dan ada sesuatu yang terjadi padanya, sampai-sampai arwah
Frans tidak bisa keluar dari area sekolah. Untuk Frans, Liv tidak bisa tinggal
diam, dia akan membantu Frans untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi
padanya. Liv yakin, ada sesuatu yang tak beres.
“Mereka sudah meninggal, nggak bisa melukai
kita. Kitalah yang bisa mempengaruhi kondisi mereka. Berdoa bagi mereka,
memelihara tempat istirahat mereka.” – Olivia – hlm. 193
Hidup Liv makin kacau
saat dia harus menghadapi beberapa temannya yang mencoba menjatuhkannya karena
mereka tahu, Liv menyukai salah satu Terrific Trio – tiga cowok populer di
sekolahnya.
Belum lagi masalah Daniel
yang menjauh setelah Liv menceritakan bahwa dia melihat Frans, dan mengatakan
Frans dibunuh. Kemudian, Terrific Trio yang mencoba membuatnya ketakutan. Juga
masalah Saras, cewek yang mengalami bullying di sekolah.
“Berbuat kekeliruan dan ingin
dimaafkan, itu lumrah. Tapi apa guna pemberian maaf? Agar bisa mengulangi
kekeliruan itu lagi, atau sekedar menyamankan perasaan?” – hlm. 174
Mampukah Liv menguak
kasus Frans? Kenapa Daniel tiba-tiba menjauh? Benarkah hanya karena takut dengan
kemampuan Liv? Dan, siapa sebenarnya Terrific Trio? Benarkah sifat mereka sama
baiknya dengan reputasi mereka di muka umum?
Aku Tahu Kamu Hantu, novel bergenre Horror yang emang disetting bernuansa
horror, bukan bertokoh hantu namun nggak ada ngeri-ngeriannya kayak beberapa
novel yang aku baca. Sebenarnya, aku ini penakut. Baca novel ini aja aku nggak
berani malam-malam. Paling pol sebelum magrib, abis itu ganti baca novel lain.
Liv yang terganggu sekali
dengan kemampuannya, aku bisa memahami perasaannya, karena dulu, aku pernah
hampir punya kemampuan seperti itu. Alhamdulillah, bukan langsung bisa lihat,
tapi aku bisa merasakannya. Namun, karena aku nggak mau, jadi kemampuan itu meluruh
dengan sendirinya.
Aku suka cara
berceritanya Eve Shi. Makanya, aku berani-beraniin baca novel ini. Padahal,
beberapa rumor tentang novel ini bikin merinding.
Dulu, pas novel ini baru
terbit, ada yang cerita saat baca novel ini ada yang ngetokin jendela, kayak
yang dialami Liv sama Chandra. Trus, ada yang anaknya ngelihat sesuatu, dll.
Nah lho, jiper deh aku. Cuma, penasaran aja, sih. Akhirnya setelah beberapa
hari kelar juga bacanya.
Konfliknya juga nggak
melulu tentang hantu dan pemecahan kasus pembunuhan saja. Ada konflik keluarga
Liv yang orang tuanya bercerai, kemudian mamanya menikah lagi. Ada juga kisah
bullying di sekolah, juga masalah kenakalan remaja lainnya. Ah, dan nggak
ketinggalan konflik cinta juga.
Aku suka karakter Liv
yang berani banget. Secara, dia anak klub karate, pasti nyalinya nggak perlu
ditanya. Cara menghadapi konflik keluarganya pun aku suka.
Penyelesaiannya juga
cukup masuk akal, memang beberapa ada yang nggak, tapi kalau balik lagi – ingat
– novel ini novel horror, beberapa kejadian janggal tetap masuk akal, kayak
pisau yang tiba-tiba terbang dan mendarat melukai penjahatnya. Ini, malah bikin
lebih masuk akal. Karena kalau Liv bisa melawan sendirian tanpa bantuan, itu
terlalu khayal.
Ending-nya bisa dibilang
ngasih kejutan. Aku suka itu, karena sejak seperempat bagian, aku sudah bisa
nebak siapa pelaku pembunuhan Frans. Tapi, fakta lain di ending, tak
terpikirkan kalau ternyata seperti itu.
Rating 3,3 dari 5 bintang
Minat? Booklaza punya 1 pcs buat kamu order
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete