Penulis
: Park Mi Young
Penerjemah
: Putu Pramania Adnyana
Penerbit
: Haru
Tebal :
382 hlm
Terbit :
Juni 2013
Genre :
Dewasa
ISBN :
978 – 602 – 7742 – 18 – 5
Harga : Rp.
63.000
Menikah
pada dasarnya adalah hidup bersama dengan orang yang kita cintai, orang yang
membuat kita nyaman, aman dan bahagia. Untuk menjadikan tujuan pernikahan itu
bisa terwujud, kita hanya perlu saling percaya dan terbuka kepada pasangan
kita. Namun, rumus sederhana itu sepertinya sangat sulit diterapkan dalam rumah
tangga Kang Gyung Hee dan Lee Jung Chul.
Selama
pernikahan, Lee Jung Chul bukanlah Lee Jung Chul yang sebenarnya. Dia
menyembunyikan dirinya dari istrinya karena sebuah alasan yang hanya dirinya
yang tahu. Tapi, akhirnya setelah dua tahun menikah, Kang Gyung Hee menemukan
rahasia besar suaminya yang tersimpan dalam laci meja kerjanya.
Dalam
laci tersebut terdapat foto dan dokumen yang membuat Gyung Hee terkejut.
Ternyata, selama ini dia tak mengenali siapa sebenarnya suaminya itu. Karena kenyataan
tersebut, Kang Gyung Hee terpaksa mengambil keputusan, dia akan menceraikan
suaminya setelah seratus hari.
Selama
ini, Gyung Hee merasa bahagia dengan pernikahannya. Pernikahan yang terjadi
begitu cepat karena para orang tualah yang mengambil keputusan tanpa meminta
pertimbangan darinya maupun dari Lee Jung Chul. Dan selama ini pula, Gyung Hee
sudah memberikan segalanya dan menuruti semua permintaan Jung Chul.
“…aku
tidak pernah mendefinisikan bahwa suamiku adalah orang seperti ini dan seperti
itu. Aku menerima sikapnya apa adanya. Ibaratnya seperti spons yang menyerap
air, begitulah aku hidup selama ini. Menerima semuanya begitu saja.” – Kang
Gung Hee – hlm. 79
Sekarang,
Kang Gyung Hee sudah berubah. Dia bertekat membalas sakit hatinya pada Lee Jung
Chul. Apalagi, setelah kemunculan Mina, mantan kekasih Jung Chul yang
sepertinya berniat menggoda Jung Chul kembali. Gyung Hee semakin yakin,
keputusannya sudah tepat.
Kang
Gyung Hee benar-benar mempersiapkan dirinya sebelum perceraian itu terjadi. Dia
membuka sebuah toko tas dengan bantuan sahabatnya, Jung Woo. Dia berharap,
semoga toko itu bisa membuatnya hidup mandiri tanpa membebani siapapun.
Namun,
sepertinya Tuhan sedang mengujinya. Dia semakin sering bertemu Mina. Mina bukan
tipe wanita yang diam-diam merayu suami orang di belakang istrinya. Mina
memperlihatkan niatnya, bahkan dia seperti sengaja membuat Gyung Hee marah
dengan memintakan ijin Jung Chul untuk bertemu dan mengenang kembali cinta
mereka.
Perubahan
sikap Gyung Hee mulai disadari Jung Chul. Namun pria ini malah semakin dingin
dengan istrinya. Dan, perlahan rahasia Jung Chul mulai diketahui banyak orang,
termasuk kedua orang tuanya. Rahasia bahwa Jung Chul pernah menjalani
pengobatan karena masalah kejiwaan dan kebohongan Jung Chul bahwa dia madul,
membuat Kang Gyung Hee diminta pulang ke rumah orang tuanya. Dan, masalah
perceraian itupun semakin menguat untuk segera diwujudkan.
Sebenarnya,
Lee Jung Chul menyembunyikan masalahnya karena dia takut istrinya meninggalkannya.
Diam-diam dia sangat mencintai istrinya meskipun sikapnya sangat dingin, bahkan
dia pernah bilang, dia menikahi Gyung Hee bukan karena cinta.
“Cinta,
tidak bisakah kau mengajariku tentang hal itu? Karena aku tidak tahu apa-apa
tentang hal itu, tidak bisakah kau yang lebih tahu ini mengjariku?” – Lee
Jung Chul – Hlm. 282
Lalu
bagaimana Lee Jung Chul menjalani hidupnya tanpa Kang Gyung Hee? Apakah dia
menerima saja dengan keputusan Gyung Hee?
Kemudian,
bagaimana dengan Kang Gyung Hee? Apakah dia tetap kokoh tak akan kembali pada
Lee Jung Chul yang masih membuatnya rindu, meskipun Kang Gyung Hee tahu dengan
pasti suaminya ternyata sangat mencintainya dan juga menderita karena
keadaannya?
“Kisah
cintaku dimulai dari diriku seorang dan pada akhirnya pun, aku sendiri yang
mengakhirinya. Cinta bertepuk sebelah tangan memang biasanya mudah hancur dan
sulit untuk bangkit kembali saat jatuh dengan keras seperti ini.” – Kang
Gyung Hee – Hlm. 172
After D-100 adalah
novel yang bercerita tentang pernikahan tanpa keterbukaan. Sebuah keadaan rumah
tangga yang awalnya tampak menyenangkan─walaupun hanya dari sudut pandang Gyung
Hee─dan sangat menyedihkan saat mulai diuraikan.
Cerita
mulai berjalan mengalir dengan gaya bercerita yang enak. Perlahan misteri kenapa
Lee Jung Chul bersikap sebegitu dingin dengan istrinya dan kenapa dia menikahi
Gyung Hee perlahan terurai. Dan, Jung Chul di awal cerita dengan Jung Chul yang
sebenarnya sangat berbeda seratus delapan puluh derajat.
Inilah
bagian menariknya, penulis memberikan gambaran awal yang berbeda, lalu mulai
menuturkan kenyataan-kenyataan membuat aku terus tersedot misterinya. Lalu, aku
mulai menaruh simpati pada Lee Jung Chul. Apalagi, di bagian akhir cerita,
karakter Jung Chul yang hangat membuatku menyadari, banyak alasan seorang pria
bersikap dingin pada wanita. Mungkin ada seribu alasan yang menuntutnya seperti
itu.
“Gyung
Hee, aku ingin kita hidup seperti air yang mengalir. Gejolak itu ‘kan ada di
bawah air. Kita hidup sambil melihat permukaan air saja. Ya?” – Lee
Jung Chul – Hlm. 115
Karakter
Kang Gyung Hee yang sebenarnya ceria sepertinya tidak banyak terlihat dalam
cerita. Mungkin karena situasi yang dia hadapi. Namun, aku merasa Gyung Hee
adalah wanita kuat dan tabah, meski dia adalah wanita plin plan akut.
Dalam
cerita, banyak karakter yang bermunculan, mulai dari Jung Woo, sahabat Gyung
Hee, In Sik si pemilik bangunan tempat Gyung Hee mendirikan toko, Mina mantan
kekasih Jung Chul yang menyebalkan, dan tentu orang tua Gyung Hee dan Jung
Chul, juga orag tua Lee Jung Chul dan kakak-kakak Gyung Hee.
Namun,
karakter itu hanya semacam bumbu semata. Seperti In Sik yang sebenarnya
menyukai Gyung Hee. Dia hanya muncul di awal, dan satu kali di bagian akhir.
Tak ada sebuah konflik yang lebih greget yang bisa dibangun antara Gyung Hee
dan In Sik.
Lalu,
Mina. Walaupun dia hanya muncul di awal, namun dia bisa memanaskan keadaan.
Sedangkan Ayah dan Ibu Gyung Hee berhasil menjalankan tugasnya sebagai orang
tua yang berusaha melindungi anaknya dari suami yang telah melukainya.
Secara
keseluruhan, aku menyukai cerita ini. Tema tentang kemandulan,
ketidakterbukaan, dan perceraian memberiku ilmu baru dalam kehidupan. Yaitu,
keterbukaan dan memperlihatkan apa adanya diri kita sejak awal, ternyata
menjadi bagian yang utama untuk menjadikan sebuah kehidupan lebih baik.
Setidaknya, kita tidak menyimpan boom waktu yang kapanpun bisa meledak.
“Awalnya
aku tidak sanggup mengatakannya padamu. Aku sudah berencana memberitahumu saat
kau mengatakan akan menikah denganku. Tetapi, aku berharap, siapa tahu kau bisa
memberikan 1% kemungkinan itu padaku. Jadi, kuputuskan untuk menyembunyikannya
darimu. Hingga sampai saat ini. Maafkan aku.” – Lee Jung Chul – Hlm.
190
Meski
cover novel ini manis, tapi sebenarnya novel ini bergenre dewasa. Ada beberapa
adegan 17+ yang bisa dipahami kenapa dia hadir disana, karena novel ini memang
bercerita tentang sebuah hubungan suami istri. Jadi, buat adik-adik, skip dulu novel ini, tunggu umur
mencukupi, ya?
Aku
ingin memberikan acungan jempol untuk Penerbit Haru, karena lagi-lagi berhasil
memuaskanku dengan cerita yang manis, dan gaya penerjemahan yang nyaman dan
luwes.
Nilai
untuk novel ini 3,6 dari 5 bintang.
Buku ini bisa langsung kalian order ke aku dengan harga Rp. 40.000 saja (Exc ongkir). Minat? Langsung kontak BBM 74D81B01 atau Whatsapp : 085736100626.
Buku ini bisa langsung kalian order ke aku dengan harga Rp. 40.000 saja (Exc ongkir). Minat? Langsung kontak BBM 74D81B01 atau Whatsapp : 085736100626.
komunikasi memang penting. kisah novel ini salah satu contoh kurangnya komunikasi dalam rumah tangga >.<
ReplyDeletesebenarnya... kalau diomongin baik2 dan gak pada jaim, pasti rebes deh. tapi kenapa sih kebanyakan karakter di drama korea dan kisah2 korea lainnya salah satu pihak (dan atau keduanya) selalu jaim? biar seru kali' yaaa
Wih, kaget nih kedatangan tamu si mbak Arga Litha. :D
ReplyDeleteMungkin memang kepribadian orang Korea seperti itu. Beda sama orang eropa yg langsung serang, tabrak, dan tararararara kayak apa yang ada di otaknya.
Aku rasa Korea sama Indonesia agak mirip, ya? Beberapa orang Indo, terutama Jawa, agak jaim buat blak-blakan. Meskipun itu sama pasangan sendiri. Yah, akhirnya apa yang ada di hati sama di mulut bisa beda 180 derajat. Iya kalau dia bisa tahan selamanya, kalau nggak ya siap2 jungkir balik. Akhirnya, bubaran! :D