Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagasmedia
Terbit : Mei 2014
Tebal : viii + 375 hlm
ISBN : 979 – 780 – 722 – 3
Harga : Rp. 58.000
Dalam hidup ini, banyak cara
untuk menemukan kebahagiaan. Mungkin, salah satunya dengan merasakan kepahitan
hidup yang paling pahit lebih dulu. Dan itulah yang harus Kai dan Hanna lalui
sebelum waktu membawa mereka pada satu masa yang mempertemukannya.
Kai dan Hanna adalah
orang yang berbeda. Bagi Kai, tak ada tempat di dunia ini untuknya. Sedangkan
bagi Hanna, dunia ini terlalu menakutkan. Kai laki-laki berengsek dan senang
mempermainkan perempuan, sedangkan Hanna terlalu takut pada laki-laki. Namun,
keduanya sama-sama mempunyai beban karena masa lalu.
“Masa lalu seperti belenggu, memang. Mengikat.
Terlalu mengikat, kadang. Seperti menjadi bagian baru di diri kita. Bagian baru
yang membebani.” –
Lorraine – Hlm. 254
Mereka bertemu di atas
atap gedung apartemen Hanna. Namun, sebenarnya itu bukan pertemuan pertama.
Hanna sudah menyadari keberadaan Kai saat mendengarkan kembali alat rekamnya –
yang selalu merekam apapun yang terjadi di sekitarnya – di tempat terapisnya.
Saat itu Lorraine, nama
terapis Hanna, menangkap petikan gitar dalam alat perekam itu, dan dia
menyadarkan Hanna kalau petikan gitar itu begitu bagus. Hanna ingat, suara itu
dia temukan di Kedai Kopilosofi, tempat Hanna biasa memesan Latte dengan gula ekstra.
Setelah itu, waktu
mempertemukannya lagi, masih dengan petikan gitar yang sama namun di tempat
berbeda, di atas atap gedung apartemen Hanna. Kai mulai penasaran, dan dia
semakin penasaran saat melihat Hanna yang terlalu terkejut saat barista
Kopilosofi mengapit lengannya, sekedar menghentikannya, dan mengembalikan uang
kembaliannya. Tapi, Hanna bereaksi berlebihan, membuat sedikit kekacauan di Kopilosofi.
Gitta, teman band dan
mantan kekasih Kai, memperingatkan cowok ini agar tidak mendekati Hanna. Bukan karena Gitta cemburu. Tidak sama sekali.
Ini karena Gitta tahu apa yang membuat gadis bernama Hanna itu terlihat selalu
ketakutan, terutama pada laki-laki.
Sayang, Kai bukan tipe
penurut. Saat mereka kembali bertemu lagi, waktu menciptakan sebuah garis yang
menghubungkan mereka. Sebuah insiden membuat Hanna menulis nama Kai dalam
ingatannya. Kemudian, Kai yang menganggap Hanna sama seperti gadis pada umumnya─gadis yang sama seperti gadis-gadis yang dikencaninya─mulai bertindak di luar batas. Dia mencium Hanna, mengingatkan
Hanna pada kejadian satu tahun lalu, kejadian yang membuatnya mengalami mimpi
buruk setiap malam, kejadian yang menghancurkan hidupnya.
“…Mungkin ini sama bodohnya, tapi aku
berharap kau mau memberiku kesempatan kedua. Aku ingin mengulangi segalanya
dari awal dengan benar, tanpa prasangka apa-apa, tanpa permainan. Aku tidak
selamanya berengsek, Hanna. Aku ingin kau tahu itu.” – Kai – Hlm. 131
Saat Kai tahu bagaimana
masa lalu Hanna, dia merasa benar-benar berengsek. Namun apakah kata maafnya
bisa membuat Hanna menerimanya kembali? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada
Hanna? Lalu, apa yang membuat Kai merasa tak punya tempat di dunia ini?
Interlude, hadir dengan kisah cinta yang sendu dan penuh luka, namun begitu syahdu
dengan balutan musik Jazz yang dimainkan Jun, Kai, dan Gitta.
Novel terbaru Windry
Ramadhina, novel keenamnya, novel yang mambuatku langsung jatuh cinta pada
pandangan pertama. Dan, novel yang memberiku pengalaman pertama untuk menjadi host blog tour. Yeah, ini menyenangkan,
benar-benar menyenangkan. Terima kasih Gagasmedia, mempercayaiku untuk ikut
ambil andil dalam event ini. Semoga
lain kali, Gagasmedia mempercayaiku lagi dan lagi.
Oke, bicara tentang
Interlude, kita akan dipertemukan dengan musik Jazz yang tak terlalu kukenal.
Tapi, cukup enak juga didengarkan. Lalu, kita akan bertemu masa lalu-masa lalu
yang tidak mengenakkan, dan kisah cinta yang saling mengobati.
Kai, cowok bad boy yang mempesona. Piawai bermain
gitar, bisa juga menciptakan lagu, dan cukup mampu mempesona para cewek dengan
suaranya, juga kharismanya di atas panggung. Kai adalah gitaris Second Day
Charm. Namun, dia tak benar-benar serius pada musik, lebih tepatnya tak pernah
serius pada apapun.
Sketsa by Windry Ramadhina (Sumber klik disini) |
“Jadi, untuk apa aku peduli? Aku tidak
diinginkan. Di dunia ini, tidak ada tempat untukku. Dan semua jadi tidak
penting. Keluarga, musik, kuliah. Tidak penting. Perempuan juga. Aku tidak bisa
serius dengan perempuan. Aku tidak percaya pada hubungan.” – Kai – Hlm. 176
Hanna, cewek yang tak
pernah berani menatap dunia. Begitu takut pada laki-laki dan selalu terlihat
gugup. Dia ingin menjadi jurnalis, sama seperti papanya. Namun, masa lalu
membuatnya tak lagi ingin mengharapkan apapun di hidupnya.
“Salah. Aku memang kotor. Aku…. Barang
rusak… Selain laut, siapa yang mau menerimaku begini?” – Hanna – Hlm. 194
“Kalau begitu, biar aku jadi lautmu. Aku
akan membantumu meluruskan semua cela itu.” – Kai – Hlm. 195
Gitta, Vocalist Second Day Charm. Dia tampak
sinis, sampai-sampai lagu-lagu yang diciptakannyapun terasa sama dengan
karakternya. Gitta adalah tipe cewek kuat yang tak bisa ditindas oleh siapapun.
Namun, itu dulu, sebelum dia kembali pada mantan kekasihnya, Ian, yang sangat
emosianal dan senang bertindak kasar pada Gitta.
Sketsa by Windry Ramadhina (Sumber klik disini) |
Jun, cowok yang bekerja
di bidang akuntansi. Hobi menggulung kemejanya, berkaca mata minus, cool, dan dia adalah basis Second Day Charm, sekaligus leader band ini. Em, kayaknya dia
saingan berat Kai. Aku jadi pingin bikin polling,
kira-kira Kai dan Jun lebih banyak mana fans-nya? Karena aku sendiri bingung,
mana yang lebih aku suka. Aduh!
Interlude diceritakan
dengan alur linier, di mana Hanna dan Kai punya porsi cerita masing-masing.
Namun, penulis berhasil menyeimbangkan keduanya, sehingga dua-duanya tetap
terasa sebagai subjek cerita, meskipun penulis menggunakan sudut pandang orang
ketiga.
“Lalu, apa yang membuatmu datang?”
“Katamu, ‘Tidak selamanya.’”
“Maksudmu?”
“Tidak selamanya kau… berengsek. Itu
katamu, kan?” – Kai dan
Hanna – Hlm. 147
Aku suka dengan gaya
bahasanya. Pilihan disksinya juga indah namun tidak berlebihan. Penggambaran setting, suasana, sampai kejadian-kejadianpun
berhasil diceritakan dengan detail dan tak terasa berat. Yang paling penting,
penyampaian rasa yang dirasakan tokoh-tokohnya berhasil di transfer kepada
pembaca.
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang
sudah hilang, tidak akan kembali. Dan aku sudah hilang, apa kau tahu?
Selamanya, aku akan seperti ini. Hidup dalam mimpi buruk. Aku tidak bisa
memaksa tubuhku lupa. Itu yang tidak kau mengerti.” – Hanna – Hlm. 293
Sebenarnya, dalam
Interlude tidak hanya ada kisah Kai dan Hanna. Ada juga kisah Jun dan Gitta.
Jika Kai dan Hanna memberikan kita kisah cinta yang syahdu, Jun dan Gitta punya
kisah yang cukup manis.
“Aku membicarakan kau dan Jun,
omomg-omong, bosan melihat kalian berlagak tidak saling tertarik. Apa lagi,
sih, yang kalian tunggu?” – Kai – Hlm. 188
Cover novel ini bernilai 9,9 dari 10. Aku sangat suka dengan desainnya,
pilihan warnanya, sampai pilihan font-nya.
Sempurna. Selamat Levina Lesmana, anda berhasil membuat pecinta buku tak bisa
menahan diri untuk segera mengadopsi buku ini.
Ngomong-ngomong tentang ending-nya, ah tunggu dulu, kita
ngomongin bab terakhir sebelum epilog.
Sepertinya aku tahu acara apa yang dihadiri Second Day Charm. Presenter botak,
dan pesulap. Yap, pasti itu!
Kembali ke ending-nya, jelas aku suka sekali ending-nya. Tipe ending yang bikin pembaca menghela nafas lega.
Untuk ratingnya, aku member
4,7 dari 5 bintang.
Ditunggu karya selanjutnya
Mbak Windry Ramadhina.
huah.huah.huaah... reviewnya apikkk :3 yeyee...Kai+Hanna saling melengkapi dehh. cucook :D
ReplyDeleteAhhh! Aku juga jatuh cinta pada pandangan pertama sama buku ini, covernya itu loh....memesona. Gitta sama Jun kak?._. Aku tunggu GAnya ah:3 *maklum dompet lagi sekarat-_-
ReplyDeleteKai mempesona. Interaksi dengan Hanna berhasil membuat envy :" I adore you Windry Ramadhina. Ditunggu karya-karya mengagumkan selanjutnya
ReplyDeleteIni resensi Interlude saya :)
ReplyDeletehttp://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/24/blog-tour-interlude-day-4/
Sepertinya.......................... aku jatuh cinta kepada Jun saja deh, ngga jadi Kai hihi :P
ReplyDeleteAll : Halo, guys. Maaf baru balas. Aku baru balik dari Jogja :D. Jun dan Kai, bakal bikin kalian galau pokoknya. Dan, Yap, Sasa, covernya emang mempesona banget
ReplyDelete