Wednesday, July 1, 2015

Resensi – CAMAR BIRU "Jika kau mengijinkanku menyimpan hatimu"



Penulis : Nilam Suri
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance
Kategori : Adult, Family Drama
Terbit : 2012
Tebal : viii + 280 hlm
ISBN : 979 – 780 603 – 0
Harga : Rp. 45.000

Berapa banyak jalan untukmu keluar dari masalah yang mendera? Apakah jalan itu benar-benar aman, atau malah akan menambah luka yang sudah kau tanggung sebelumnya?
Hidup ini tak pernah lepas dari perkara. Namun, apakah kamu masih sanggup memikulnya jika perkara itu tiada henti melingkupimu? Bahkan, seseorang yang dulu kau anggap bisa menjadi satu-satunya orang yang membuatmu bertahan tiba-tiba pergi untuk selamanya.
“Karena, sekali dia nyerahin hatinya – yang gue tahu entah gimana berada dalam kondisi rapuh dan babak belur – itu ke gue, hatinya bakal selalu aman. Bahkan, mungkin lebih aman dibanding kalau hatinya dia bawa sendiri.” – Adith – hlm. 102

Nina, seorang cewek yang penuh luka lebam di hatinya. Sesuatu yang mengerikan membuatnya berubah. Nina bukan lagi cewek manis, centil dan ceria. Dia menjadi begitu kelam, dan kelabu. Apalagi setelah kakaknya, Naren pergi untuk selamanya.
Bagi mama Nina, kematian Naren adalah kesalahan Nina. Dan, bagi Nina, kehilangan sang kakak merupakan tanda, dia tak lagi bisa diterima di keluarganya sendiri.
Di setiap luka Nina, ada Adith, teman kecilnya yang setia menemani dan membalut lukanya. Di antara mereka ada sebuah perjanjian konyol yang ditandai oleh dua buah camar biru. Dan, perjanjian itu menuntut untuk segera di tepati.
“Kalau sampai sepuluh tahun dari sekarang lo belum nikah juga, gue bakal nikahin lo…” – Adith – hlm. 13

Bagi Adith, dia sangat yakin mengetahui segala hal tentang Nina. Ternyata, ada sesuatu yang disembunyikan Nina dari siapapun, termasuk Adith. Sesuatu yang menjadi mimpi terburuk Nina.
Apakah Adith bisa menuntun Nina menemukan jalan yang lebih terang? Bisakah mereka merubah status yang selama ini melekat di antara mereka – sahabat – menjadi sesuatu yang lebih mengikat – pernikahan?
“Gue nggak mau ngandelin orang lain lagi buat bikin gue happy. Gue nggak mau orang lain yang bikin gue ngerasa baik-baik saja. Gue mau kebahagiaan gue, gue sendiri yang nyiptain.” – Nina – hlm. 258

Camar Biru, novel mellow drama tentang keluarga, cinta, dan masa lalu yang membuat trauma. Diceritakan dengan alur maju mundur, meskipun lebih didominasi alur maju.
Karakter Nina yang terlihat tertutup, cuek, namun ternyata sangat rapuh menjadi novel ini semakin terasa sendu. Sedangkan Adith, aku menemukan tipe cowok yang setia kawan, perhatian, dan sempurna untuk dijadikan sandaran hidup.
Konfliknya memang klasik, sih. Tapi, Nilam Suri cukup bisa membawakannya dengan rasa sedikit berbeda. Misteri tentang mimpi buruk Nina pun membuat novel ini cukup membuat pembaca ingin terus membacanya.
Yang tidak bisa aku logika, meskipun ada juga masalah seperti ini – walaupun jarang, kenapa mama Nina begitu benci pada Nina, meskipun sebelum Naren meninggal. Kebencian Mama Nina sudah seperti ibu tiri, bahkan aku rasa melebihi ibu tiri. Namanya anak – apalagi anak kandung –  pasti tak akan sejelas itu kebencian ibu padanya. Kalau kebencian Mama Nina hadir setelah Naren meninggal, nah ini masih masuk akal.
Di sini ada tokoh bernama Sinar. Dia cowok, ya! Sinar ini kakak Adith. Dia selalu memilih kata ‘saya-kamu’ saat ngomong. Tapi, kenapa pas ngomong sama Adith, dia bisa ‘gue-elo’? Ini lebih bagus kalau Sinar tetap pakai ‘saya-kamu’.
Ending-nya, terlalu meloncat jauh. Maksudnya, loncatan waktunya. Nina pergi, lalu langsung Nina kembali. Ini kayak nonton sulapan. Tapi, ya nggak apa-apa sih. Biar pembaca cepat tahu akhir dari cerita ini.
Rating 2,8 dari 5 bintang.


No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos