Thursday, July 9, 2015

Resensi – Sweet Melody #1 “Musik adalah sinar di mata kalian”



Penulis : Baek Myo
Penerjemah : Vina Marlia
Penerbit : Haru
Genre : Young Adult
Katergori : Romance, Musik, Family Drama
Terbit : Juli 2013
Tebal : 356 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 15 – 4
Harga : Rp. 57.000

“Saat kita takut, memang tidak apa-apa melarikan diri, tapi kalau selamanya melarikan diri kita tidak akan bisa hidup. Kalau setiap kali takut, lalu melangkah mundur maka tidak akan ada perkembangan.” – Go Hu – hlm. 180

Hwan memilih pergi dari rumah. Dia harus merasakan kerasnya hidup dijalanan. Sering kali dia dikejar preman dan harus berkelai dengan mereka.
Suatu ketika, dia bersembunyi dari kejaran Preman di gereja. Saat itulah dia bertemu empat pria tampan yang sedang berlatih musik. Mereka membantunya melepaskan diri dari para preman itu.
“Saat melindungi orang yang berharga, membuat kesalahan pun tidak masalah.” – Chang Ryong – hlm. 271

Hwan merasa terbantu dengan mereka. Tapi, tiba-tiba mereka mengajaknya masuk ke dalam bandnya. Dengan sebuah alasan yang menurut Hwan sangat konyol.
“Di antara orang-orang yang kami temui, namamu lah yang paling bagus. Kau tahu apa yang terjadi kalau kita memilih anggota yang namanya bagus?! Saat memperkenalkan diri dengan nama yang keren, penonton pasti akan bersorak-sorai!” – Jin Woo – hlm 17

Jelas, itu bukan sebuah alasan yang bisa membuat seseorang tertarik untuk mengatakan ‘iya’.
Namun, akhirnya Hwan memutuskan untuk masuk band karena merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan. Dia menemukan sebuah sinar di mata mereka saat mengatakan tentang musik.
Mereka sangat senang sekali saat mendengar Hwan bersedia bergabung dengan mereka.
“Waah! Sekarang terbentuklah band beranggotakan lima pria!” – Jin Woo – hlm. 48
Tunggu dulu, lima pria? Hwan, kan wanita!!!

Sebenarnya, masalah itu akan langsung selesai saat Hwan meyakinkan mereka bahwa dia wanita. Tapi, untuk Hwan, sudah selayaknya wanita terlihat wanita. Dia tidak ingin sampai bicara dengan mulutnya sendiri bahwa dia wanita.


Sweet Melody #1, membaca novel ini, aku langsung teringan serial Drama Korea You’re Beautiful yang dibintangi Jang Geum-suk dan Park Shin-hye. Drama Korea ini juga mengambil tema tentang sebuah Band dan penyamaran seorang wanita menjadi pria untuk menggantikan saudara kembarnya. Si saudara kembarnya yang seorang pria itu masih belum selesai dalam proses operasi plastik. Jadi, agar tidak menganggu acara band tersebut, si Produser meminta saudari yang berprofesi sebagai biarawati itu untuk menyamar menjadi pria dan masuk menjadi salah satu personil Band A.N.JELL.
Alasan kenapa Hwan dan Go Mi-nyeo (Park Shi Hye) menyamar menjadi pria memang berbeda. Hwan sebenarnya tidak bermaksud menyamar menjadi pria. Dia bahkan sudah pernah mengatakan dia wanita, tapi teman-temannya malah menganggap dia sedang bercanda. Akhirnya, karena tak tahu lagi bagaimana cara mengatakannya, Hwan memilih menerima genre yang dilekatkan teman-teman padanya. Sedangnya Go Mi-nyeo, sesuai ceritaku di atas, dia melakukannya dengan sengaja.
Namun, konflik selanjutnya bisa dibilang sama. Ada anggota band yang suka padanya, maksudku pada Hwan dan pada Go Mi-Nyeo. Padahal, saat itu mereka tahunya Hwan dan Go Mi-Nyeo adalah pria. Terjadi pergolakan di hati mereka. Apakah mereka gay?
“Bila kau menyukai seseorang, jangan berpikir hanya lelucon. Jangan gunakan alasan yang konyol untuk memaksa, karena tidak ada seorang pun yang mau diperlakukan seperti itu.” – Hwan – hlm. 331

Di Sweet Melody #1 ini, konfliknya lebih kepada Band dan persaingan di dunia artis. Ada Group bernama H2O yang personilnya nyebelin semua. Oh, konflik juga melibatkan kehidupan personil Band Sweet Melody, kecuali kehidupan si Kembar Ji Seong dan Jin Woo. Juga keinginan mereka untuk masuk sekolah seni Baekjaego
Karakter para tokohnya, menurutku juga sebelas-dua belas sama Drama Korea You’re Beautiful. Ya, nggak sama 100%, 75%-lah, ya.
Chang Ryong, dia punya karakter mirip Hwang Tae-kyung. Tapi, Chang Ryong lebih narsis. Kalau Tae-kyung di A.N.JELL sebagai Vokalis. Nah, si Chang Ryong jadi drummer. Cuma, meskipun dia drummer, tapi terasa banget kalau dia adalah leader-nya.
Hwan dan Go Mi-Nyeo juga sedikit berbeda. Hwan jelas terlihat sangat tomboy. Dia bisa bertarung dan mengalahkan empat pria sendirian. Tapi, kalau Go Mi-nyeo dia ditakdirkan sebagai wanita sungguhan. Sehingga, sedikit banyak sifat feminimnya akan terlihat. Cuma, mereka sama-sama konyol dalam menghadapi perasaanya.
“Jangan lari dari kenyataan, tatap masa depan. Jangan menyerah, berusahalah. Dengan begitu kau akan mendapatkan kesuksesan, Lee Hwan.” – Go Hu – hlm. 31

Ju Ho, aku rasa dia mirip Kang Sin-woo. Mereka sama-sama pria dengan pikiran yang dewasa. Tapi, Sin-woo lebih pendiam. Sedangkan Ju Ho lebih seru.
Sedangkan si Kembar, Ji Seong dan Jin Woo lebih mirip Jeremy. Jeremy ini kesannya pecicilan dan seru banget orangnya. Begitu juga dengan si kembar ini.
Ada satu lagi personil Sweet Melody, dia adalah Hyeon Jo, si pianis genius yang melarikan diri dari dunia yang membuat namanya besar. Dia tampil menggunakan topeng saat manggung dengan Sweet Melody.
Di novel ini, aku menemukan beberapa kesalahan dalam pemenggalan paragraf dalam percakapan tokohnya. Ini bikin aku sedikit bingung menentukan siapa sebenarnya yang sedang bicara. Dan, hal seperti ini menyebar hampir di keseluruhan novel.
Contoh :
“Ckck. Kalau aku sih ingin melepaskanmu saja.”
“Bisa terlepas dari Chang Ryong, itu sama dengan memenangkan lotre.”
Jin Seong dan Jin Woo bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepala. Chang Ryong melempar senyum hangat ke arah mereka berdua.
“Siapa yang mau mati duluan?!”

Menurutku – entah aku ini benar atau salah – pemenggalan paragraf percakapan yang benar menurutku seperti ini :
“Ckck. Kalau aku sih ingin melepaskanmu saja.” (Harusnya ini diberi penjelasan siapa yang bicara)
“Bisa terlepas dari Chang Ryong, itu sama dengan memenangkan lotre.”(Begitu juga dengan yang ini)
Jin Seong dan Jin Woo bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Chang Ryong melempar senyum hangat ke arah mereka berdua. “Siapa yang mau mati duluan?!”

Endingnya juga asal putus saja. Memang ada sekuelnya. Tapi, untuk ending novel-kan harusnya diperhitungkan lebih seksama. Harus ada sebuah jawaban, meskipun nggak diungkapkan secara jelas. Di novel ini, endingnya malah membuka sebuah konflik lain. Benar-benar tidak membuat pembaca tidur nyenyak.
Rating untuk novel ini 2,8 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos