Penulis : Kasie West
Penerjemah : Lisa Indriana Yusuf
Penerbit : Laluna and Friends
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Family Drama,
Terjemahan
Terbit : Februari 2014
Tebal : 398 hlm
ISBN : 978 – 602 – 971 – 975 – 8
Harga : Rp. 59.000
“Yang selalu kuingat dari orang kaya adalah mereka menganggap
orang miskin sebagai selingan yang menyenangkan, mereka tak akan pernah
menganggap kami serius. Tidak apa-apa. Orang kaya adalah spesies yang hanya
akan kuamati dari jauh. Aku takkan bergaul dengan mereka.” – Caymen – hlm. 17
Seperti itulah cara
pandang Caymen Meyers pada orang-orang kaya. Si gadis yang ucapannya terdengar
sarkartis ini selalu menganggap orang kaya sebagai lelucon, sekaligus kalangan
yang tak ingin dia sentuh. Ini bukan tanpa alasan. Pengalaman pahit ibunya,
sekaligus bagaimana asal-usul Caymen dilahirkan, membuat dia menjadi cukup
berhati-hati pada orang kaya.
Semua itu sebelum Xander
Spencer muncul di toko porselin bonekanya.
Xander si orang kaya yang sikapnya sangat menyebalkan saat pertama kali
mereka bertemu. Xander adalah cucu Mrs. Dalton, wanita tua yang menjadi
langganan Dolls and More – nama toko Caymen.
“Mungkin kau harus membiarkan dirimu
merasakan kegagalan. Kegagalan hebat. Setelah itu mungkin kau takkan takut
lagi.” – Caymen –
hlm. 154
Sikap Caymen yang selalu
berseloroh dengan tajam membuat Xander tertarik padanya. Awalnya, dia sering
muncul di pagi hari dengan segelas cokelat panas yang sudah disesapnya sekali
dan muffin blueberry dari Toko Roti
Eddie yang selalu dia persembahkan pada Caymen. Xander menambahkan kegiatan uji
coba carier untuk sering menemuinya. Lengkap sudah, ini membuat mereka semakin
dekat, membuat benteng tinggi Caymen perlahan runtuh.
Caymen menyukai Xander.
Dia mengakui hal itu. Tapi, benaknya selalu saja menduga bahwa Xander hanya
memanfaatkannya, Xander ternyata sudah punya kekasih, Xander tidak benar-benar
tertarik dengannya, dia hanya sedang mencari kesenangan bersamanya, dan masih
banyak lagi. Belum lagi, Caymen tahu pasti, ibunya tak akan suka dia bersama
Xander.
“Dia memang memiliki banyak pilihan
yang terbuka lebar. Sebagian orang hanya akan terjebak dengan apa yang ada di
depan matanya.” –
Caymen – hlm. 275
Hidup Caymen yang penuh
kecemasan karena tokonya yang mulai bangkrut, lalu misteri dibalik telpon dari
rumah sakit, tentang keluarga ibunya, tentang ayahnya, dan tentu saja tentang
Xander membuat Caymen tak bisa tenang.
Ibu yang dia pikir selalu
bercerita apapun dengannya ternyata mempunyai banyak misteri. Padahal, Caymen
merasa bersalah karena membohongi ibunya tentang Xander.
Distance Between Us,
novel ini cukup seru, dan manis. Awalnya, aku mengira akan bertemu Caymen dan
Xander yang selalu bertengkar, khas novel roman yang benci jadi cinta. Memang,
awalnya Caymen benci – bukan, bukan benci – tapi, Caymen memang sudah alergi
pada orang kaya jelas tidak menyukai sosok Xander yang terkesan superior,
mempesona dan tentu saja kaya. Tapi, Caymen tidak membencinya, hanya kurang
suka – ah, mungkin lebih tepat dibilang tidak suka!
Aku sangat menyukai cara
bicara Caymen yang terkesan ketus menkipun dalam taraf sedang bercanda.
Mulutnya padai sekali menghasilkan kata-kata sarkartis yang mencengangkan.
Mungkin, orang yang tidak mengenal Caymen akan meresa cewek ini menyebalkan dan
bermulut pedas. Tapi, setelah mengenalnya, Caymen punya pesona tersendiri. Aku
saja terpesona sama dia.
Xander, dia bukan tipe
cowok gombal yang menye-menye. Caranya mendekati dan membuat Caymen merasa
istimewa sangat unik, termasuk caranya memberikan segelas cokelat panas pada
Caymen. Dia selalu menyesapnya sekali, baru memberikannya pada Caymen.
Lalu, kegiatan uji coba
carier yang begitu memukau kalau idenya dari Xander. Tapi, kalau dari Caymen
lebih banyak bikin geleng-geleng. Masak Xander disuruh mencoba menjadi
penggalih kubur! Yang benar saja?
Poin positif lainnya
adalah keluarga Xander. Mereka tidak memandang Caymen yang miskin dengan
sebelah mata. Mereka tetap bersikap baik meskipun tahu siapa Caymen. Dan, tak
ada tentangan sama sekali dari mereka meskipun mereka tahu sang putra
kesayangan tertarik pada gadis miskin yang tinggal di atas toko boneka
porselin.
Novel ini punya konflik
yang sebagian tak bisa ditebak. Cara penyelesaiannya pun aku suka. Novel ini
ringan, tapi bisa mengajarkan kita tentang suatu hal. Jangan menilai seseorang
dari siapa dia sebenarnya, seperti apa kesan pertama kita padanya, dan jangan
selalu terpaku pada masa lalu. Belum tentu masa lalu akan terulang kembali
meskipun dengan subjek ataupun objek yang hampir sama. Akhir sebuah cerita tak
selamanya berakhir sesuai perkiraan, kan?
Rating novel ini 4,3 dari
5 bintang. Yuhu, dia berhasil lolos dari proses bersih-bersih rak buku.
hana juga suka sama buku ini :D
ReplyDelete