Wednesday, July 15, 2015

Resensi – DISTANCE BETWEEN US “Kau terkecuali untukku”



Penulis : Kasie West
Penerjemah : Lisa Indriana Yusuf
Penerbit : Laluna and Friends
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Family Drama, Terjemahan
Terbit : Februari 2014
Tebal : 398 hlm
ISBN : 978 – 602 – 971 – 975 – 8
Harga : Rp. 59.000
“Yang selalu kuingat dari orang kaya adalah mereka menganggap orang miskin sebagai selingan yang menyenangkan, mereka tak akan pernah menganggap kami serius. Tidak apa-apa. Orang kaya adalah spesies yang hanya akan kuamati dari jauh. Aku takkan bergaul dengan mereka.” – Caymen – hlm. 17

Seperti itulah cara pandang Caymen Meyers pada orang-orang kaya. Si gadis yang ucapannya terdengar sarkartis ini selalu menganggap orang kaya sebagai lelucon, sekaligus kalangan yang tak ingin dia sentuh. Ini bukan tanpa alasan. Pengalaman pahit ibunya, sekaligus bagaimana asal-usul Caymen dilahirkan, membuat dia menjadi cukup berhati-hati pada orang kaya.
Semua itu sebelum Xander Spencer muncul di toko porselin bonekanya.  Xander si orang kaya yang sikapnya sangat menyebalkan saat pertama kali mereka bertemu. Xander adalah cucu Mrs. Dalton, wanita tua yang menjadi langganan Dolls and More – nama toko Caymen.
“Mungkin kau harus membiarkan dirimu merasakan kegagalan. Kegagalan hebat. Setelah itu mungkin kau takkan takut lagi.” – Caymen – hlm. 154

Sikap Caymen yang selalu berseloroh dengan tajam membuat Xander tertarik padanya. Awalnya, dia sering muncul di pagi hari dengan segelas cokelat panas yang sudah disesapnya sekali dan muffin blueberry dari Toko Roti Eddie yang selalu dia persembahkan pada Caymen. Xander menambahkan kegiatan uji coba carier untuk sering menemuinya. Lengkap sudah, ini membuat mereka semakin dekat, membuat benteng tinggi Caymen perlahan runtuh.
Caymen menyukai Xander. Dia mengakui hal itu. Tapi, benaknya selalu saja menduga bahwa Xander hanya memanfaatkannya, Xander ternyata sudah punya kekasih, Xander tidak benar-benar tertarik dengannya, dia hanya sedang mencari kesenangan bersamanya, dan masih banyak lagi. Belum lagi, Caymen tahu pasti, ibunya tak akan suka dia bersama Xander.
“Dia memang memiliki banyak pilihan yang terbuka lebar. Sebagian orang hanya akan terjebak dengan apa yang ada di depan matanya.” – Caymen – hlm. 275

Hidup Caymen yang penuh kecemasan karena tokonya yang mulai bangkrut, lalu misteri dibalik telpon dari rumah sakit, tentang keluarga ibunya, tentang ayahnya, dan tentu saja tentang Xander membuat Caymen tak bisa tenang.
Ibu yang dia pikir selalu bercerita apapun dengannya ternyata mempunyai banyak misteri. Padahal, Caymen merasa bersalah karena membohongi ibunya tentang Xander.

Distance Between Us, novel ini cukup seru, dan manis. Awalnya, aku mengira akan bertemu Caymen dan Xander yang selalu bertengkar, khas novel roman yang benci jadi cinta. Memang, awalnya Caymen benci – bukan, bukan benci – tapi, Caymen memang sudah alergi pada orang kaya jelas tidak menyukai sosok Xander yang terkesan superior, mempesona dan tentu saja kaya. Tapi, Caymen tidak membencinya, hanya kurang suka – ah, mungkin lebih tepat dibilang tidak suka!
Aku sangat menyukai cara bicara Caymen yang terkesan ketus menkipun dalam taraf sedang bercanda. Mulutnya padai sekali menghasilkan kata-kata sarkartis yang mencengangkan. Mungkin, orang yang tidak mengenal Caymen akan meresa cewek ini menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi, setelah mengenalnya, Caymen punya pesona tersendiri. Aku saja terpesona sama dia.
Xander, dia bukan tipe cowok gombal yang menye-menye. Caranya mendekati dan membuat Caymen merasa istimewa sangat unik, termasuk caranya memberikan segelas cokelat panas pada Caymen. Dia selalu menyesapnya sekali, baru memberikannya pada Caymen.
Lalu, kegiatan uji coba carier yang begitu memukau kalau idenya dari Xander. Tapi, kalau dari Caymen lebih banyak bikin geleng-geleng. Masak Xander disuruh mencoba menjadi penggalih kubur! Yang benar saja?
Poin positif lainnya adalah keluarga Xander. Mereka tidak memandang Caymen yang miskin dengan sebelah mata. Mereka tetap bersikap baik meskipun tahu siapa Caymen. Dan, tak ada tentangan sama sekali dari mereka meskipun mereka tahu sang putra kesayangan tertarik pada gadis miskin yang tinggal di atas toko boneka porselin.
Novel ini punya konflik yang sebagian tak bisa ditebak. Cara penyelesaiannya pun aku suka. Novel ini ringan, tapi bisa mengajarkan kita tentang suatu hal. Jangan menilai seseorang dari siapa dia sebenarnya, seperti apa kesan pertama kita padanya, dan jangan selalu terpaku pada masa lalu. Belum tentu masa lalu akan terulang kembali meskipun dengan subjek ataupun objek yang hampir sama. Akhir sebuah cerita tak selamanya berakhir sesuai perkiraan, kan?
Rating novel ini 4,3 dari 5 bintang. Yuhu, dia berhasil lolos dari proses bersih-bersih rak buku.


1 comment:

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos